Jumat, 25 Juli 2008

Wajahku!!!

Let me tell you about Ani. Gak terlalu cantik tapi aku selalu betah melihat wajahnya yang tidak pernah sepi dari senyuman. Supel, lincah, meski kadang sesekali mudah tersinggung. Namun secepat perasaannya yang gampang tersinggung, Ani selalu punya segudang maaf untuk mereka yang telah menyakitinya. Memahami Ani, kadang dia butuh satu tempat baru atau benar-benar ingin ditinggalkan sendirian demi memahami dirinya sendiri. Itu Ani.
Suatu hari Ani bertanya tentangnya padaku
"Could you tell about who am I?"
"Kamu Ani", jawabku

Ahir-ahir ini Ani sering menanyakan hal yang sama. Kehidupan Ani memang tak lagi seperti dulu. Dia kadang juga berkeluh, bahwa dia tak lagi mempunyai waktu untuk bersantai dan menjadi 'dirinya'. Ani merasa dia kehilangan 'dirinya'. Menjadi salah satu top leader, anggota pengurus suatu organisasi, publick figure, dan pelaku seni. Disuatu saat, Ani merasa dia harus mengenakan topeng 'alim'nya saat kondisi menempatkannya sebagai publick figure; Ani harus berpakaian rapi, bersikap sopan, tidak boleh tertawa terbahak de el el. Karena setiap tingkahnya menjadi sorotan, kelakuannya menjadi perbincangan dan perkataannya adalah keputusan. Di lain waktu, Ani mengenakan topeng 'ekspresi' saat ia berada dalam 'wadah seni'nya. Dia tertawa terbahak, 'membumi' berbaur dengan temannya dari beragam jenis dan bermacam karakter. Yang menyusahkan hatinya adalah ketika Ani sedang berada dan mengenakan topeng seni-nya, sedangkan orang lain menyangka bahwa Ani sedang mengnenakan topengnya sebagai publick figure.

Ani menjadi ketakutan pada dirinya sendiri. Hawatir bila dia benar-benar kehilangan dirinya. Topeng sebagai 'publick figure', topeng 'pelakon seni', topeng ketika berdiri sebagai 'top leader', topeng sebagai 'pengurus' yang dicontoh para anggotanya. Ani mencari dirinya.
"Mana wajah asliku? apakah aku akan kehilangan aku?" Ani mulai panik.
Aku menyeret tangannya dan membawanya dalam pelukanku, "Kamu tidak pernah kehilangan dirimu. Hal yang selama ini kau kira sebagai topeng bukanlah topeng. Bagaimana kalau semua wajah dan karakter yang berubah-rubah adalah sejatinya dirimu?"
Ani masih dengan kepanikannya, tapi kini mulai mereda. Aku menepuk-nepuk pelan punggungnya, mencoba meyakinkannya bahwa aku akan selalu ada untuknya. Ani mungkin telah lama memendam semua ini, membiarkan dirinya bergulat sendirian dengan suara-suara dalam dirinya sampai-sampai dia tidak lagi merasai bahwa aku ini adalah dirinya.



sebentuk jawaban ambigu