Jumat, 25 April 2008

Aku Melihat Cantikmu

Deg-deg..deg-deg..deg-deg.. emang dag dig dug gini kalo mau ujian. Parahnya, kalo diinget-inget tuh ya, aku selalu ketakutan dan selalu deg-degan kalo ujian dah didepan mata gini. Bersyukur, masih bisa ketakutan gini ngadepin semuanya. Yah, anggep aja aku masih waras karena masih mau hawatir dengan hasil ujianku nanti. Meski belum bisa ngedapetin hasil terbaik, aku selalu puas karena aku selalu menyiapkan usaha terbaikku.

Iri euy, liat mbak-mbak dan mas-mas yang lagi pegang qur-an kecil mereka di bus sambil mengulang-ngulang hafalan qur-an mereka yang menjadi syarat kenaikan kelas nanti. Kontras denganku, aku belum mempersiapkan banyak hal untuk ujian nanti. Tapi aku bukan kemudian lepas tangan sama sekali. Aku belajar kok, meski itu baru-baru aja. Hehehh.. aku nyerngir sendiri kalau denger pembelaan diriku, atasku sendiri. Manusia, kadang jadi begitu gengsi, sensi atau apalah, saat sedang dalam kondisi seperti saat ini. Hmm… kalau misalnya aku nanti nggak bisa naik kelas, kira-kira alas an apa ya yang akan kujadikan sebagai kompensasi penyebab ketidak-lulusanku? Ups, aku segera menggeleng-gelengkan kepalaku membuang jauh pikiran konyol dan menjijikkan barusan. "Aku pasti lulus. Aku pasti nggak butuh segala rupa alasan untuk membohongi orang banyak dan berapologi", tekadku. Aku tak pernah menyangkali keberadaan sesuatu yang "impossible". Tapi aku pun tak kemudian begitu saja mengacuhkan keberadaan "possibility".

Kulongok jendela bus yang kunaiki, ternyata sudah mendekati sekolahku. Seketika aku beranjak dari bangkuku yang kemudian didukuki oleh Ibu-Ibu yang menenteng keranjang anyaman di tangan kirinya. Isinya pet, mungkin. Hanya sekilas aku melirik kearahnya, lebih banyak berkonsentrasi untuk siap-siap turun di halte depan.
Hupp, aku meloncat kecil dari bus dan mendarat dengan selamat. Senyumku kemudian menyungging saat kini mataku dipenuhi pantulan bayangan sekolahku yang gagah menjulang, yang jasadnya dilumuri sejarah, sekolah tertua di Negara kecil ini. Suara riuh semakin menggema ketika aku masuk kelas dengan tampang tak berdosaku.
"Isa…"
"Kemana aja?"
"Apa kabar?"
"Aku g pernah liat kamu deh"
Aku tak mampu mendeteksi suara siapa saja itu. Yang aku tahu, mereka langsung menyerbuku, memelukku. Ini hal yang paling aku sukai tiap kali pergi ke sekolah, aku menemukan orang-orang yang membuatku merasa berarti.
"Tambah gendut"
"Agak kurusan ah"
"Kok kulitnya item?"
Hehehheh.. aku cuma nyengir. Semua perhatian itu, terlepas apakah sebuah keprihatinan karena aku tak pernah sekolah, atau karena mereka benar-benar memperhatikanku, aku selalu bahagia menikamatinya.
Hah… terbayang lagi penat yang akan menyelimuti saat ujian nanti. Apalagi ujian nanti bertepatan dengan musim panas. Belum lagi, ujian yang akan dilaksanakan 3 kali seminggu, tidak seperti biasanya. Terlebih, ah… jadi pengen muntah-muntah kalo inget semua itu.

***

Aku sudah berada didalam bus lagi kini. Menuju jalan pulang sambil menggerak-gerakkan kerah bajuku, berharap angin yang sepoi bertiup diluar sana masuk kedalam bajuku, menyentuh kulitku dan menyisakan rasa nyaman pada tubuhku. Aku membawa pandanganku keluar jendela. Panas, silau, tapi aku tak mau henyak dari kegiatanku saat ini, memandangi taman yang membujur sepanjang jalan pemisah antar jalur yang berada tepat disebelah kiriku. Ada banyak sekali kecantikan disana. Kecantikan yang sebenarnya sudah kukenali sejak lama. Tapi karena dulu aku tersering melihat kecantikan itu, kemudian keindahan itu terasa biasa saja. Hingga kemudian aku sadar saat kecantikan itu menghilang dan hanya bisa kunikmati saat musim semi seperti ini. Apalagi negara kecil ini memiliki banyak sekali spesies bunga yang beragam bentuk, warna dan wangi ini, yang beberapa dari mereka tak bisa kutemukan di negaraku yang di elu-elukan sebagai zamrud khatulistiwa, yang gemah ripah loh jinawi, dan.. apapun itu.
Ah, aku paling benci tiap kali mengingati negaraku.Sedih dan selalu marah pada diriku sendiri tiap kali mengingat negara yang semakin menyedihkan keadaannya itu. Yang ada dibenakku kini adalah untuk segera pulang ke negaraku itu. Klise ya. Semua penduduk negaraku yang tersebar di seantero dunia pun pasti meng-azam-kan hal yang sama. Tapia apa? Tak ada yang bisa menjamin kelebih-baikan kecuali aku sendiri dulu yang bertekad memulai mewujudkan semuanya.

Aku mengalihkan pandanganku karena mataku sudah tidak kuat lagi menahan silau yang terpantul dari mentari yang bersinar cukup terik hari ini. Beralih kedalam bus, lagi, kulihat mbak-mbak yang terlihat mencorat-coret buku pelajarannya, memberi catatan-catatan penting dipinggirannya sambil mencerna isinya diantara sesak yang ada. Pun, seorang Mas-mas yang tetap bertahan berdiri dan bertumpu pada satu tangannya yang menggantung pada besi panjang diatap-atap bus, sedang tangannya yang lain memegang qur-an kecilnya.
"What was, what is and what will I do?" kembali pertanyaan itu menggema di kepalaku. Tapi aku menikmatinya. Meski kadang aku dibuat stress dengan pertanyaan itu, tapi aku juga sering termotifasi oleh pertanyaan-pertanyaan itu. Pindah pemandangan, seorang lelaki tua berkacamata setebal pantat botol limun yang duduk dibangku depanku, digantikan oleh sepasang muda-mudi yang setelah beberapa lama berada didepanku, kuprediksi bahwa mereka sedang pacaran. Sebenarnya risih aku, melihat tingkah mereka yang norak itu. Apalagi dengan mahkota indah yang menutupi kepala sang perempuan. Terlepas bahwa itu sekedar mode atau apalah, aku tetap saja kurang suka melihat tingkah mereka berdua.

Hhhmmpph… tak sepertiku, mungkin mereka telah terlalu sering melihat keindahan yang tersaji, tepat didepan mata mereka. Hingga kini mereka telah begitu tersilau dan malah tak mampu melihat apa-apa. Sedangkan aku? Sepertiku yang kini baru menyadari keindahan bunga-bunga yang hanya muncul saat musim semi, aku bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk menyadari keberadaan sebuah keindahan yang sempat hilang dariku. Beberapa menit tersisa sebelum sampai ke halte dekat rumah kosku, aku siap-siap turun sambil iseng-iseng merogoh saku tasku yang sudah lama tidak kupakai ini. Alisku berkerut saat kurasakan kulit tanganku meraba sebentuk benda didasar saku tasku itu. Dan saat aku mengeluarkan sebuah benda ditanganku itu. Aku pun tersenyum memandanginya. Melihat barang ini, mengingatkanku pada nikmatnya memiliki sebuah keindahan yang kini ada bersamaku. Semoga Tuhan tak pernah mengambilnya dariku.
"Wah, ternyata masa lalu tak mau meninggalkanku begitu saja", gumamku pelan. Aku kemudian memasukkannya lagi kedalam sakuku, dan bersiap turun, ketika seorang gadis berambut blonde warna pirang berkalung salib menepuk pundakku dan menyapaku.
"Aku melihatmu memasukkan sesuatu kedalam sakumu. Benda yang sama seperti yang menggantung dileherku. Kamu Kristiani?" tanyanya penasaran.
Aku memberi senyuman sebelum menjawab pertanyaannya, "Bukan. Saya seorang muslim".
Kutinggalkan dia yang terlihat kikuk dengan pertanyaannya sendiri dan jawabanku barusan. Let's gone be by gone, hari ini adalah hari terbaik yang kumiliki. Apa yang akan kulakukan besok ya? agar membuatnya lebih baik dari hari ini?
Aku membetulkan letak tas ranselku, dan berjalan menyebrangi jalan raya yang membentang didepanku. Tak lupa, aku mampir beberapa jenak untuk menikmati keindahan musim semi Negara kecil ini.

Kamis, 03 April 2008

Games

Sore ini seneeeeeeeeeeng banget. Rame. Meski aku kadang menyukai kesendirianku dalam keraramaian yg ada disekelilingku, tapi sore tadi aku bener2 happy ikut NU games yang segitu ramenya. Ada sekitar 3 perlombaan tadi: Volley, futsal ma tarik tambang. Alhamdulilah tadi aku ikut maen Volley ma tarik tambang. Meski nggak menang, tapi tetep seneng. Yah, gimana yah? namanya juga game. harus ada yang menang dan ada yang kalah *gini nih cara ngomongnya orang yang lagi kalah :P

Tapi emang tuh, gak bisa dipungkiri keberadaan Winner dan Looser tadi. Ada yang bilang kalo hidup ini tuh penuh dengan game. "Kamu harus jadi pemenang, or else, kamu yang kalah dan terinjak", gitu kata temennya temen dari temennya temenku :d

Yah, menyoal menang-kalah bagiku itu wajar. Dan terjadi dimana plus kapan aja. Dansaat jadi pemenang, perlu menginsyafi bahwa kemenangan yang didapatkan saat itu bukanlah final dr semuanya. Pun bagi yang kalah, musti membesarkan hati juga. Coba bayangin, kalo nggak ada seseorang yang disebuat "Looser", apa akan ada seseorang yang disebut "Winner"? nggak bakalan kan? *ini lagi nih, cara "seseorang yang kalah" menghibur diri ;))

Pasangan, yap, pasangan. Kalau ada menang, pasti ada yang kalah. Dan kalau kita mau ngitung, akan banyaaaak banget pasangan-pasangan laen. *jangan mikir kmn2 dl ah :d

Maksudnya, akan kita temukan; siang-malam, gelap-terang, senyum-tangis, luka-bahagia dan banyak lagi istilah-istilah lainnya yang g mungkin dibahas satu-satu. Ngomongin tentang "sedih", aku kemaren-kemaren sempet sedih lho karena ada "atmosfir" g enak yang tercipta antara aku dan seorang temen yang sebenarnya g kukenal. Tapi kemudian aku tahu, bahkan sebenarnya temen yang tak kukenal itu yang mengajariku, bahwa tiap orang memiliki caranya masing-masing untuk membingkis sebentuk kepeduliannya atas seseorang. Jika cara itu berbeda dengan cara kita, atau beda dengan cara yang dilakukan kebanyakan orang, kita cukup mencoba untuk memahaminya aja. Emang "sulit" sih, tapi bukannya "g mungkin" bukan? :->

Pernah terpikir nggak? kebanyakan orang kadang tidak menyukai keadaan disaat "sedih" menghampiri hidupnya. Sedangkan mungkin yang tak terpikir olehnya, adalah: selama ini tuh dia begitu menikmati tiap bahagia yang tercipta dalam hidupnya. Kemudian, "saat kita menikmati tiap bahagia yang tercipta, kenapa tak mencoba menikmati sedih yang ada?". Kebayang nggak, kalo "sedih" itu sendirian dalam kesedihannya karena gak ada seorangpun yang mau menerima keberadaannya apa adanya. "Sedih" juga butuh seseorang yang mau menemaninya dalam kesendiriannya. Toh, Allah mengilhamkan pada kita untuk mengekspresikan kesedihan itu. Bisa dengan nangis, bisa dengan teriak di sebuah tempat yang lapang gitu, atau ekspresi-ekspresi laen *asal nggak ngganggu dan gak ngrugiin orang laen aja yap ;)

Yah, klo dirasa-rasa sih, kata-katanya Dewa, "menangislah, bila harus menangis" itu, dalem banget kalo mo dipahami. Ngajarin kita, gimana caranya menikmati sedih dan "menemaninya" biar g ngerasa sendirian. Mengilhami, untuk menerima semuanya apa adanya, "hadapi dengan senyuman". Halah, dari tadi liriknya Dewa mulu nih yang lagi nyantol dipikiran. Meski sebenernya, banyak banget inspirasi yang akan kita dapet kalo kita mau lebih bersabar untuk: lihat, dengar, rasakan *nah lho, kali ini judul albumnya Ari Laso. Yah, lumayan, selama ini g cuma sekedar dengerin musik doang, tapi bisa ngambil apa-apa yang didengerin. Jadi, balik lagi ke awal tadi, sebenernya ada banyak hal disekeliling kita yang bisa jadi inspirasi. Karena Allah, so inspirated, the source of inspiration ;)

Apapun hasil ahir atopun pendapat orang laen tentang apa yang sudah kita lakukan, g perlu over untuk merisaukannya. Asalkan kita udah memberikan yang terbaik yang kita bisa, dan asalkan yang kita lakukan adalah hal yang benar, g perlu terlalu peduli dengan komentar orang laen. "Orang yang paling lama berada denganmu adalah dirimu sendiri. Karena kamu all time, 24 jam selalu bersama dirimu", begitu kata Kakakku, Kak Sofi. Artinya, kalau kita udah berusaha melakukan yang terbaik tapi masih aja dipandang sinis oleh orang laen -ato katakanlah, masyarakat- itu karena mereka nggak tahu secara detail, betapa kita udah berusaha untuk memberikan yang terbaik yang bisa kita kasih. "jangankan kita, Nbai Muhammad yang terjamin kebaikan akhlaqnya aja masih banyak yang sirik tuh", masih kata Kak Sofi *Luv Kak Sofi so much.. :d

Ups, kok ngomongnya nyampe kesitu yap? kayaknya gara-gara laper deh :D jadinya malah ngomong ngelantur kemana-mana. Oke deh, klo gitu daku mo pamitan dulu. Meski blog ini malah jadi kayak buku diary gini, smoga bisa jadi inspirasi untuk siapa aja yang pernah menyempatkan diri ngebaca blog ini, yang mungkin baginya cuma sekedar blogspot murahan *"mentang-mentang blogspot tuh gratis", gitu kali ya komen mereka yang g suka ma blogspot ini :d. Ampun.. blog saya jangan di flag... ehhehehhhe.. >>> apapun komentar orang lain, just let it flow... nyahahhah. Udah ah, pulang dolo yaaaaaap...

Selasa, 01 April 2008

"Semusim..."

Berat
Perih
Sakit
Luka

Tapi akan selalu ada yang menopang, memberi uluran tangan tanpa lelah
akan selalu ada yang mampu mengusir rasa
akan selalu ada yang memeluk dan menenangkan semuanya
akan selalu ada yang membalut luka dan melebur semua...