Selasa, 14 April 2009

Bukan Kemarin

Gundah masih menjajah
Resah masih menggelayut, membuat semua yang terjalani kembali tak berarti. Jalan yang sering kunikmati bersamaMu kini hilang sudah. Tak ada lagi Engkau. Atau aku yang lupa bagaimana cara merasaiMu. Mungkin pula Engkau yang telah berpindah tempat. Dari hati kemudian beranjak sekedar bertengger di otakku. Kini hadirMu tanpa arti, tanpa rasa, tanpa
kata-kata. Jalan yang dulu kita lalui sekarang telah kulupa. Aku hanya memintaMu membawaku kembali kemasa-masa itu, dan jangan pernah lagi mengambilnya. Dariku, pun juga darinya, dari kami.

Bundelan tanya yang kulayangkan padaMu tak terjawab. Pada hari kemarin. Kenapa tak langsung memberikan jawabannya? Kenapa membiarkanku tersesat jauh lagi? Kenapa aku masih saja bertanya jika aku meyakini bahwa Kau punya rahasia dibalik semua ini?

Dan saat Kau kini telah memberikan jawaban padaku. Bukan langsung dariMu. Tapi lewat lumpur-lumpur kotor itu; yang ternyata menyimpan mutiara. Dan mutiara itu tetaplah mutiara. Meski didalam lumpur, kilaunya tetap.
Ketika jawaban yang kunanti itu ahirnya datang. Sekarang. Bukan kemarin. Bukan juga lewat wali-wali para pewaris NabiMu sebagaimana yang aku harap bisa menenangkanku dengan semua kebingunganku, "apa yang harus kutinggalkan; aku lupakan"

Suatu siang, saat hawa panas menyerupai cuilan asap-bergemuruh yang memenuhi neraka terasa sampai ke bumi. Ketika aku merebahkan tubuhku dan serta-merta busa yang menyangga seluruh beban tubuhku menjelma lumpur. Lumpur hidup yang terus menyeretku kedalam tanyaku sendiri. Lumpur kotor-menjijikkan yang ternyata malah membuatku nyaman. Lumpur hitam-lengket yang ternyapa menyimpan mutiara, yang memancar mencuat dari dasarnya. Dan aku malah menikmati untuk berlama-lama berada disana. Tapi sebuah kesadaran menarikku keluar dari lumpur itu. Yang saat aku telah berada ditepiannya, yang kusangka lumpur ternyata adalah tumpukan mahkota bunga mawar putih, semerbak.

Aku tertipu. Oleh semua yang kulihat. Diriku sendiri. Tetap saja, terimakasih Allah, karena jawaban itupun ahirnya datang. Meski hari ini. Dan bukan kemarin

Senin, 13 April 2009

Diri ini bukan seperti yang kau kenal, Fa
Ini bukan jasad dengan sebuah nama
Pergulatan yang memenuhi dada antara malaikat dan setan kini telah dimenangkan
Oleh Setan
Tidak ada lagi malaikat
Malaikat telah mati
Tapi benarkah malaikat bisa mati?
Setan berkuasa, setan memelukku erat.
Tapi aku merasa aku masih mampu melihat cahaya
Darimana?
Lalu suara-suara menjawabku
-Bukankah api-api sumber kehidupan para setan itu juga memancarkan cahaya?-
Apakah sebagaimana cahaya yang para malaikat tercipta?
Benar katanya
-Ketika sebuah kata dari hati yang terluka menjadi sebuah sabda-
Yang aku hina
Bahkan Sang lacur demi mencukupi hidupnya adalah lebih mulia dibandingkan aku
Nama ini tinggal nama
Jasad ini tinggal jasad
Bergeming, entah digerakkan setan atau malaikat yang ternyata masih tinggal
Jawaban yang ku pertanyakan pun tak kunjung ku dengar
Bolak-balik
Morat-marit
Komat-kamit
Aku

Tuhan, aku berada dimana?Aku tidak tengah diantara golongan kanan; mereka yang mengimanimu, yang selalu tergetar pada ayatMu, beribadah padaMu meski tanpa iming-iming surga lalu Engkau datang dengan janjiMu
Apa aku ditengah kiri; mereka yag mengingkari dan tak pernah sekalipun menghiraukan ayatMu lalu Engkau datang dengan siksaMu. Tapi Tuhan, rasanya aku bukan bagian dari keduanya. Lalu aku dimana? Dan Engkau dimana? Masihkah bertahta dalam hatiku?