Rabu, 26 Desember 2007

...

Aku terbangun dari alam bawah sadarku. Entah ini pagi keberapa. Namun seperti pagi-pagi sebelumnya, aku memvonis bahwa KAU tak lagi mencintaiku. Karena KAU membiarkanku terbangun dan tak mendapati cintaMu. Dengan membiarkanku terbangun, sedang mentari telah berada jauh diatas sana. Padahal aku belum sholat subuh. Banyak yang terjadi beberapa pagi terahir. Kadang aku menyadari kesalahanku karena hanya memicingkan mata untuk mematikan alarm. Tapi tak selalu seperti itu, bagai putri tidur, nyenyakku begitu hangat mendekapku hingga membuatku tak mendengar alarmku atau tersadar sekedar mematikannya. Dan aku hanya bisa menyesal, karena pagi itu aku terbangun dan tak mendapati cintaMu.


.......... ::::: ..........

"Kamu dah klarifikasi ke Ny.Wafa?"seorang ibu2 setengah baya yang mengurusi administrasi mahasiswi tingkat dua di kampusku menanyaiku
"Tapi saya punya kartu ujian tingkat satu dulu. Ini saya membawanya," belum sempat aku menunjukinya kartu ujianku, dia memotongku
"Semua orang beralasan seperti itu. Saya mendapatkan data dari Ny.Wafa bahwa nama-nama yang dia berikan kepada saya adalah mahasiswi-mahasiswi yang belum memenuhi pembayaran untuk kartu ujiannya. Jadi silahkan klarifikasi ke dia"ucapnya agak marah. Sedikit temperamental memang, orang-orang mesir.
Aku nggak habis pikir gimana mungkin aku dan teman-teman lain masuk daftar mahasiswi yang belum memnuhi pembayaran administrasi tingkat satu dulu. Sedangkan masing-masing kami bisa menunjukkan kartu ujian kami waktu tingkat satu. Kalau kami belum memenuhi pembayaran administrasi, harusnya kami nggak mungkin bisa mengikuti ujian tingkat satu. Kalau kami nggak bisa mengikuti ujian tingkat satu, bagaimana mungkin sekarang kami bisa berada di tingkat dua? pyuuuuh.... bagaimana mungkin hal ini tidak ternalar olehnya. Namun aku nggak sepenuhnya menyalahkan Ny.Suhail. Mungkin dia hanya mengikuti birokrasi saja. Aku sudah bersiap-siap untuk menyampaikan argumentasiku. Meski aku nggak yakin aku bisa menyampaikannya dengan bahasa amiyah* yang baik dan bisa dipahami olehnya.
"njgyhgyguigv" kata itu begitu pendek keluar dari mulut salah seorang Ibu-ibu yang berada satu ruang dengan Ny.Suhail. Aku bahkan tak sempat mendengar dengan baik apalagi mencerna apa yang barusan dia katakan. Tapi yang pasti, Ny.Suhail langsung memberikan kartu ujianku setelah mendengar ucapan pendek yang tak terpahami olehku barusan. Urusanku selesai!!! padahal aku belum sepatah kata pun menyampaikan argumentasiku, tapi urusanku clear!
Begitu keluar kampus, aku bisa sangat merasai cintaNya padaku. Semua ini nggak mungkin terjadi tanpa izinNya. DIA mendengar bisikku disepanjang perjalananku menuju kampus tadi. Al-qadr yang tak terhenti berdengung dan pinta agar DIA memudahkan urusanku hari ini. DIA mencintaiku, huurreeeeeeeeeeeeeeeeey... DIA mencintaiku.


Baru saja aku pesimis bahwa KAU tak lagi mencintaiku.
Tapi sekarang? baru saja KAU menunjukiku cintaMu.
Sebenarnya KAU mencintaiku atau tidak sih?
Ah, aku memang tak mengerti DIRIMU.
Aku memang bukan hamba yang tahu banyak tentangMu.
Hanya sedikit yang kuketahui, bahwa KAU akan selalu ada untukku
Dan bagiku, itu lebih dari cukup





*bahasa arab pasaran yang dipakai untuk komunikasi di Mesir. Sedikit banyak berbeda dari b.arab fusha yang biasa dipelajari di Indonesia baik dari segi gramatikal atau beberapa kosakatanya

Senin, 24 Desember 2007

Seperti itu, mungkin

"Yah, gimana ya. Ya begitulah"
Gitu jawaban temen2 yang pada rajin belajar saat tak tanyain gimana mereka bisa betah melek sampe berjam-jam ama muqorror(diktat) mereka. Apalagi klo menjelangn ujian gini, banyak bgt yang jadi rajin dadakan meski g sedikit dr mereka yang emang merupakan org2 yang dari dolo betah lama berdua-duaan ma muqorror. Tapi yang pasti, temen2 yang pada "mendadak rajin"(niru judul "mendadak dangdut" :P) bukan karena mereka baru menyadari dalamnya arti dari pribahasa "Rajin pangkal pandai" lho ya.
Barusan aku sholat isya' -alhamdulillah- tepat pada waktunya karena kebetulan masih ada wudlu. Untuk musim dingin gini, mikir2 dl deh buat nyentuh2 air meski rumah2 dah banyak sakhonah(penghangat air). Dan begitulah, aku baca diktat ulum al-qur'an sehabis sholat. Dan untuk mensiasati semangat belajar, aku memberi hadiah pada diriku sendiri untuk nonton film tempo doeloe berjudul "Mars" yang aku dpt dr youtube setiap kali aku berhasil menyelesaikan bacaanku dgn baik dan memahaminya. Yup, jadi saat aku selesai baca sekian paragraf, youtube-ku dah siap buat ditonton. Istirahat 10 menit-an setelah berkutat beberapa jenak, boleh doooong... sesekali bosan ma youtube, nyalain lagu kmudian ikut2 nyanyi sambil tetep baca juga membantu bagiku.
Nggak terasa udah agak pegel2 ni kaki. Ahirnya beberapa kali pindah posisi duduk sambil menghangatkan badan dibalik meja. Lhooooh??!! iya, kan belajarnya pake meja duduk, yang bulet, yang bisa dan biasa buat lesehan itu(masisir byk yg punya deh. Iya, he emm yang kaya punyamu itu), trus kakiku yang emang g kebagian jaket(emang ada ya jaket buat kaki?) musti dikasih selimut. Dan tentu aja selimutku through-over bawah meja gitu. Hah, setelah rasanya perut dah mulai agak gimana2 gitu, indikasi laper sih kayaknya, aku pun berucap syukur karena alhamdulillah bacaannya dah dpt halaman sekian. Meski sebenarnya disisi hatiku yang lain aku teriak, "Apa???!!! baru dapet segini? kemana aja? perasaan td cuma break 10 menit-an bbrp kali doang deh". Yah, entahlah. Dan saat aku yakin bahwa ketidakberesan pada perutku adalah karena laper, aku pun keluar dari kolong meja(maksudku, mengeluarkan kakiku dari kolong meja. Kalau yg bgini ini pas diSD dulu namanya Majaz apa yah? itu lho, yg "menyebutkan suatu bagian secara menyeluruh tapi yang dimaksudkan adalah sebagian". Halah). Dan saat aku telah benar2 mengeluarkan kaki dari meja.... ternyata!!! Owhh, tidaaaaaak!!!Nggak kok, aku bukannya tiba2 kehilangan salah satu kakiku atau bahkan keduanya, tapi saat aku mengeluarkan kaki dari kolong meja, bersamaan dgn itu aku melihat jamku yang memberitahuku bahwa skrg dah hari SENIN pagi! sekarang udah ganti hari! padahal aku td sholat isya' tuh masih hr Ahad loooooooh(ya iya laaah. lha wong kamu tadi sholat isya' tepat waktu gitu. please deh O'). Masih dengan keherananku, aku ditambah heran dengan perutku yang jadi agak aneh. Sebenernya masih ngerasa agak2 kenyang gitu(rasa kenyang yang tersisa pas makan td sore) tp kenapa diwaktu yg sama, perutku rasanya perih kayak dah berminggu2 g dikasih makan yah? Ahirnya, kulangkahkan kakiku menuju... kamarnya Mbak Lely disebelah. Kenapa? apakah krn dia jualan nasi beserta lauknya sehingga aku harus kesana pas laper2 gini? deng..dooong... anda belum beruntung. Tebakan anda salah. Yang bener adalah karena aku mau nawarin dia makan bareng.
"Mbak lely..." panggilku
"sssett"--ini bunyi gerakan Mbak Lely pas memalingkan muka dari depan kompinya saat mendengar suaraku, sekaligus sebagai jawaban dari panggilanku.
"Mbak laper nggak?" tanyaku
"Kenapa kamu laper ya?" katanya balik nanya. Ah, pusing jg kalau pertanyaan dijawab balik ma pertanyaan gini
"Mbak... laper yuk?" tawarku. Dan Mbak lely pun mengiyakan setelah tertawa kegirangan atas tawaranku yang menggiurkan itu.
Alhamdulillahilladzii ath'amanaa wa saqoona wa ja'alana minal muslimin... kenyang, enyak..enyak..enyak... lauk sayur sop "yang penuh sesak dengan daging sapi" euy. Enaaaaaaaaak banget, terlebih krn itu masakanku sendiri. hehehh... meski dah kenyang, yakin bahwa kesadaranku serta tingkat berfikirku dah pulih lagi dan yakin bisa digunakan utk mikir dgn baik dan benar, aku masih g habis berfikir kenapa waktu bs bgitu cepat berlalu pas aku belajar td. "Perasaan baru aja sholat isya' deh, kok tiba2 dah jam 00.40?" pertanyaan ituuuuuu terus yang menggelayut otakku. Sampai ahirnya aku menambatkan keharananku pada jawaban hatiku sendiri yang bilang, "Subhanallah, gini ini kali ya rasanya jadi org rajin. Para tholibul ilmi yang benar2 membaktikan jiwa-raganya pada ilmu. Mereka lupa waktu, lupa kapan harus makan& kapan istirahat. Yang mereka tahu, mereka begitu menikmati saat dimana mereka bisa berdua dan saling berbagi dengan kitab yang ada didekatnya. Aku bisa bilang kalau ini adalah salah satu saja dr sekian banyak keni'matan yang Allah bagi2kan pada hambaNya secara gratis. Pada siapa saja yg dikehendakinya. Mungkin ni'mat seperti ini yang dirasakan para muallif kutub al-'aridloh(ni mufrodat dpt pas baca ulum al-qur'an td :D ) yang membuat mereka bisa nulis kitab2 itu hanya dalam waktu beberapa hari saja. Keni'matan ini yang Allah berikan pada mereka yg selalu kebingungan untuk menjawab tanyaku, "kok bisa betah sih belajar sampe berjam-jam gt?". Keni'matan ini yang semoga Allah berikan untuk kedua, ketiga dan ke-sekian kalinya IA anugrahkan kepadaku, juga kepada mereka yang ber-husnudh dhon pada Allah atas semua yang ditetapkan Allah padanya. Amin :) Dan..dan..dan... meski aku begitu menikmati keadaan ini, meski aku meni'mati keni'matan belajar kali ini, tapi sepertinya nggak bijak klo kemudian aku dholim pada diriku sendiri dan kemudian memutuskan untuk meneruskan meni'mati keni'matan ini sedangkan sekarang waktunya untuk istirahat. Yop, aku harus segera menyelesaikan tulisan ini, nonton Mars episode 17 part 5, trus tidur. Karena besok musti ke kampus ngambil karneh."
Hohohooo, nyadar nggak seeeeeeh, itu tadi baru "kumrentek-e ati" alias bisik2 hatiku aja lho. Sepanjang itu ya..
Yawdah deh. Met belajar lagee, jangan lupa istirahat yang cukup. Oia, beri dirimu hadiah untuk janjimu atau target yang berhasil kamu capai sesuai rencana. Mesyi? karena kamu pun berhak bahagia. Cheeers up your daaaaaaaaay ;)

Minggu, 23 Desember 2007

Rindu ini...

Bukan,
aku bukan orang baik
bukan,
aku bukan yang berakhlak mulia
bukan,
aku bukan yang berhati mulia
bukan,
aku bukan seorang yang keramahannya melebihi ramah Sang angin
bukan,
aku bukan yang bertahajjud malam sampai bengkak kakinya
bukan,
aku bukan yang terbaik dr kaummu


Iya,
aku yang menikmati keterpurukanku
Iya,
aku yang mengiyakan hinaku
iya,
aku yang mengakui aku adalah aku dengan segala aku


Namun diantara hiruk-pikuk dunia
ada rindu
yg tak terpungkiri
diantara gemerlap cahaya
berbisik rasa
kerinduan
padamu

padamu yang mengajari banyak hal
padamu Sang Terpilih
akankah kau mempercayai
akan rinduku?



Inspirated by Hilal Hamada-Mohammed Nabina

Selasa, 18 Desember 2007

Andai mengerti hati

Ada yang berguncang hebat
Di hati dua manusia
Beratus-ratus tahun yang lalu
Ada yang berguncang hebat
Dalam diri Ibrahim dan Ismail
Akan apa yang akan terjadi
Esok pagi

Malam ini
Ibrahim menata hatinya
Relakan cinta terkasihnya, Ismail
Sebagai bukti cinta
Untuk Sang Maha Cinta
Yang tenggelamkan semua cinta selainNya

Persembahan cinta terindah
Bagi Yang Maha Indah


Jika Nabi Ibrahim saja masih dimintai pembuktian cinta, apalagi kita?
...Maha Agung allah
Atas cinta Ibrahim padaNya
Yang rela korbankan
Putra tercintanya

Maka cinta yang seperti apa
Yang tlah mampu kita persembahkan?
Maka cinta sebesar apa
Yang telah kita korbankan?...

Malam Idul Adlha, 1428

Minggu, 16 Desember 2007

Biarkan Arin, Izinkan Dia

Arin mendekap erat foto ditangannya. Berharap tak ada seorangpun yang menemukannya kemudian meminta foto itu darinya. Dan yang paling ditakutinya adalah jika yang meminta adalah bagian lain dari dirinya sendiri.
"Buang foto itu" sisi hatinya mengancam. Hanya mata yang terus berkaca-kaca saja yang tampak menjawab. Arin menatap kearah langit lazuardi yang begitu indah bagi mereka yang sedang berbahagia hatinya. Namun keindahan itu seakan mengejeknya tentang betapa malang nasibnya. Ia mengalihkan foto itu dari dekapan kebelakang punggungnya. Tetap saja, suara-suara dalam hatinya mengetahuinya, memaksanya membakar saja foto itu. Betapapun ia telah memiliki banyak salinan satu-satunya foto yang ia miliki itu didalam hatinya, keinginan untuk menyimpan foto itu tetap saja kuat mengikatnya.
"Kamu nggak bisa terus seperti ini,"
"Bisa. Aku bisa..."
"Adalah sebuah ketidakmungkinan membohongiku. Sedang aku adalah dirimu."
"Kalau kau adalah aku, kenapa tak memahamiku? kenapa tak membiarkanku seperti ini saja. Cukup seperti ini," beberapa orang yang menghabiskan waktu istirahatnya memandang aneh kearah Arin yang sesekali terdiam lama, kemudian tiba-tiba bergumam. Sendirian.
"Sudah Rin. Sampai kapan kau akan tetap bertahan? jiwamu lelah dengan perasaan bodohmu itu. Lihat saja. Dari tadi airmatamu hanya menggenang dipelupuk mata, tidak pernah menetes. Tidak lagi mampu menetes. Seakan kehabisan kekuatan untuk menetes, kekurangan cairan airmata untuk bergulir menuruni pipimu. Bangun RIN!" Plak!!! wajah Arin tertunduk oleh tamparannya sendiri. Namun itu tak cukup menyadarkannya. Sisa dari sebuah perasaan yang dianggapnya hanyalah "sisa" ternyata memberinya banyak kegilaan. Kegilaan bertahan dengan semua keadaan, semua perih, semua tangisan, demi sebentuk senyum dibibir seseorang yang dihormatinya. Ya, mungkin ini bukan cinta atau entah apalah. Arin sendiri tak paham apa namanya. Menurutmu, jika seseorang yang tiba-tiba membuatmu membeku tanpa berani menatap matanya, seseorang yang membuatmu berani mendongak dan menantang pedih, seseorang yang memberimu banyak kekuatan untuk bertahan pada luka yang kau gores sendiri, seseorang yang membuatu begitu menghormatinya, apa itu yang namanya cinta? Jika iya, sepertinya Arin sedang jatuh cinta, sejak bertahun-tahun yang lalu. Hingga sekarang pun Arin masih ingin menganggap dirinya sedang jatuh cinta. Andai saja ia masih diperbolehkan menganggap dirinya seperti itu. Jika saja diperbolehkan...
Masih di tempat yang sama, Arin memandang sekelilingnya yang mulai ramai. Riuh yang tercipta oleh banyak penggalan kenangan yang kini telah keluar dari otaknya, berteriak-teriak kearahnya. Dunianya sekarang memang bukan dunia dimana terdapat beberapa kenangan bersama seseorang didalam foto yang masih dipegangnya hati-hati, enggan merusaknya. Namun ternyata kenangan-kenangan itu kini malah berloncatan keluar dari dalam jiwanya. Arin melihat salinan dirinya. Satunya mengenakan baju seragam sekolah, satunya lagi mengenakan terusan hijau toska dengan gagang telephon yang didekatkan pada telinganya. Terlihat sembunyi-bunyi berbicara pada orang diseberang sana, takut pembicaraan mereka didengar oleh orang lain. Dan hal itu berjalan untuk waktu yang cukup lama. Sedangkan yang lain malah terlihat duduk bersedih disampingnya.
Sebentar kemudian bayangan-bayangan Arin tak lagi sendirian. Muncul seseorang diantara mereka, kemunculan yang membuat semuanya berhenti sesaat. Alih-alih bayangan itu pun kemudian menjadi banyak, sebanyak halusinasi Arin tentang berapa banyak bayangan-bayangan dirinya yang berlompatan dari otaknya.
Perlahan semua tokoh dalam kenangan itu bermunculan. Tapi tetap saja, Arin dan bayangan sosok seseorang didalam foto itu yang menjadi pemeran utama dalam cerita. Namun ada satu duplikat dari seseorang didalam foto itu yang terlihat menatap Arin lekat dari arah kejauhan sambil mendekap lututnya. Arin tidak mengerti kenapa ia tidak bergabung dengan yang lain dan memerankan ulang sebuah kenangan. Arin juga tidak pernah ingat bahwa ia pernah memiliki kenangan seperti itu. Seumur-umur, tidak pernah ia dilihat dengan tatapan seperti itu, selekat itu olehnya. Arin bertanya pada keheranannya, lantas kenapa otaknya menggambar sebuah fase seperti saat ini? Arin tidak berani memandang kearah mata itu, tidak pernah berani.
Bayangan itu kini beranjak dari duduknya. Berjalan pelan melewati semua keriuhan yang muncul dari kenangan-kenangan disekelilingnya. Arin memalingkan arah pandangnya, menyadari bayangan itu sekarang menujunya. Arin tak ingin memperlihatkan matanya yang berkaca-kaca, Arin tak ingin membuatnya hawatir dengan airmata itu. Bukankah selama ini Arin selalu tampak ceria didepannya? kecuali satu kali, saat Arin hendak meninggalkan dunianya yang dulu menuju dunianya yang sekarang, ia terpaksa memperdengarkan isakan pada seseorang yang bayangannya kini berada semakin dekat darinya. Waktu itu, hatinya tak lagi bisa berbohong untuk kesekian kali bahwa seringnya yang selama ini dikatakan oleh senyum dibibirnya adalah sebuah kebohongan.
Jantung Arin berdetak tak normal saat bayangan sosok dari dalam foto ditangannya telah tepat berjongkok disampingnya. Arin membuang wajahnya kearah berlawanan dari sudut bayangan itu menatap. Mulutnya terkatup rapat menyembunyikan isak. Sebuah sentuhan dapat Arin rasakan dipundaknya.
"Aku mungkin bukan orang yang paling mengerti dirimu. Tapi aku merasai pedihmu". Airmata itu ahirnya bergulir! airmata itu menuruni pipi! airmata yang sedari tadi hanya sebuah genangan dipelupuk mata kini mengalir! dan itu melegakan Arin. Sedari tadi dia memang ingin menangis, hanya ingin menangis. Sosok itu yang selama ini membuat Arin selalu tersenyum. Tapi dia tidak pernah memedulikan bahwa ternyata sosok yang sama pulalah yang mampu membuatnya menangis. Arin berbalik menatap kearah bayangan itu kini. Isaknya mulai terdengar. Ia tersentak saat melihat bayangan itu menatap bukan kearahnya. Seperti tak memiliki objek pandangan, mata itu bergerak-gerak kekanan dan kekiri sambil mengulas sebentuk senyum.
"Kenapa? kaget? aku memang tak lagi memiliki cahaya dalam mataku," Airmata Arin semakin menderas. Ia menggerak-gerakkan tangannya tepat didepan mata milik bayangan itu, mata yang tampak tetap setajam dulu. Namun seakan yang terlihat oleh mata itu hanyalah gelap. Kornea matanya tak merespon perubahan cahaya dan gerakan disekitarnya. Masih tanpa objek pandangan, bayangan itu menunggu dalam gelap matanya. Isak itu menjadi raungan saat sosok bayangan dari seseorang didalam foto itu menoleh kearah dimana Arin menjentikan jari, memberinya sebuah suara.
"Meski yang kumiliki kini bukanlah yang kumiliki dahulu, yakinku akan keberadaanmu membantuku menemukanmu. Aku merasaimu". Arin menjangkau lengan sosok itu kemudian melingkarkan kelehernya.
"Maafkan aku, harusnya cukup aku saja yang kehilanganmu, cahaya mataku." tubuhnya berguncang hebat oleh rasa yang berebut keluar lewat airmatanya.
Beberapa lama ia menangis, sejak langit masih lazuardi hingga senja menggantikan tugasnya memayungi bumi. Bayangan itu meraba pipi Arin yang basah. Ia menyentuh dagu Arin kemudian mendongakkannya, meminta Arin menatap kearahnya.
"Kamu tidak akan menangis lagi bukan?"
Arin meraih kedua telapak tangan sosok bayangan itu dan meletakkannya pada kedua sisi kepalanya dan menggeleng kuat. Lalu sebuah kelegaan tergambar pada sebentuk senyum atas jawaban yang dirasai oleh Sang tangan.
Satu persatu keramaian para kenangan disekelilingnya mulai memudar kemudian menghilang. Arin dibuat panik dengan apa yang terjadi. Karena kini ia baru benar-benar tahu bahwa ia tak ingin kehilangan semua itu.
"Jangan, jangan pergi. Tetaplah bersamaku..." kalutnya. Semua kenangan itu menoleh, menatap kearah permintaan Arin. Namun semua telah bersepakat untuk meninggalkan Arin sendirian. Bergantian, mereka menghilang dengan menyisakan sebuah senyuman, seperti ingin memberinya sebuah kekuatan. Sosok bayangan dari seseorang yang ada didalam foto yang dibawa Arin pun mulai memudar. Arin ketakutan. Ia mendekap tangan itu berharap ia tak kan pegi kemana-mana. Namun tangan itu kini telah tak tersentuh. Tak lagi terasai sepeti tadi.
"Berjanji padaku, tak akan menceritakan pertemuan kali ini pada siapapun,"
Airmata Arin bergulir lagi.
"Karena tak ada seorangpun yang mampu mengerti apa yang kita rasakan. Karena hati kita pun tak mampu menemukan kata-kata untuk menceritakan pada orang lain tentang apa yang dirasainya,"lanjut bayangan itu. Arin cepat-cepat menganggukkan kepalanya, takut waktunya tak cukup untuk berkata lebih dari sekedar sebuah anggukan. Dan bayangan itu pun menghilang. Begitu saja. Tanpa sebuah senyuman seperti bayangan-bayangan yang lain saat meninggalkannya. Pun tak terlihat kesedihan yang menghias wajahnya saat terpaksa meninggalkan Arin. Jangan-jangan Arin yang tak lagi mampu menangkap raut wajahnya yang telah benar-benar memudar dan tak terlihat?
Sekarang tak ada lagi orang-orang yang menatap aneh kearahnya. Sudah dari tadi mereka tak disana. Mereka telah kembali ketempat paling nyaman dimana mereka menemukan banyak cinta. Bergegas, takut-takut kalau malam akan menelan semua cinta itu kemudian menyembunyikannya dalam pekat. Sedang Arin masih ditempat yang sama, kini dipeluk sepi. Sebuah suara dari dalam hatinya berbisik, "Arin, berikan foto itu padaku... jika kau tidak cukup memiliki banyak kekuatan untuk menghanguskannya, biarkan aku yang melakukannya"
"Jangan.. tolong jangan meminta foto ini. Kamu boleh memintaku berkata apa saja, melakukan apa saja, bertingkah apa saja, memerankan karakter siapa saja, tapi jangan memintaku memberikan foto ini," pandangannya memudar oleh airmata yang memenuhi pelupuk matanya.
"Arin..." suara itu masih merayunya
"Nggak! Aku janji aku akan terus memakai topeng dengan wajah tersenyum itu. Kalau perlu, aku tidak akan pernah melepasnya. Itu akan membakar hawatirmu, jika kau takut aku tak akan lagi tersenyum"
"Kenapa? kenapa kau harus sekeraskepala ini?"
"Sssttt... tidak boleh. Sssst... kau tidak boleh menanyakan itu. Karena aku tidak akan memberitahumu. Karena tak ada seorangpun yang mampu mengerti apa yang kami rasakan. Karena hati kami pun tak mampu menemukan kata-kata untuk menceritakan pada orang lain tentang apa yang dirasainya."
"Meskipun padaku? bukankah aku adalah bagian dari dirimu?"tanya hatinya
"Sssshhh..." Arin meletakkan jari telunjuk menutupi sebagian mulutnya, "Kamu nggak boleh tahu..."

Sepi menggelayut pada angin yang membawanya. Menebarkan senyap pada hati yang sedang menyendiri. Juga pada Arin yang membungkam isaknya pada lengan yang menyilang mendekap lututnya. Arin sendirian dalam ceracaunya,
"Kamu tidak boleh tahu kenapa, kalian tidak bisa paham mengapa..."



Untuk: sebuah ucapan bertuliskan "Terimakasih"

Sabtu, 15 Desember 2007

Ganteng


Ehm..
Pembicaraan kali ini agaknya akan sedikit sen-si-tif :D
Tentang ganteng. Ganteng tu relatif, hmm.. dah pasti dong. Tapi hampir sebagian besar cewek sepakat klo daftar orang2 yg disebutkan dibawah ini adl org2 ganteng
1. Ken Zhu (F4)
2. Vic Chou(F4)
3. Vannes Wu(F4)
4. Jerry yan (F4)
5. Lee Jun-ki
6. Dennis O(aktor di film "sweet spy")
7. Doni Ada Band
8. Tom cruis
9. Nicholas Saputra
10. ...
Dan entah berapa deret lagi nama-nama itu akan berjejer. Kegantengan yg ada didiri mereka hampir sama. Sama-sama bikin gadis2 bisa teriak-teriak histeris ato sampe nggigit2 bantal yg ada didekapan, pas ngliat cowok2 diatas. Tapi sifat ganteng yg ada dimasing2 mereka beda2, tentunya. Tapi satu yang pasti, mereka semua non-muslim!
Aku nggak habis pikir ya. Kenapa org2 yg begitu memikat dgn kegantengan dan kecantikan mereka tuh kebanyakan adl org2 non-muslim. Apa mgkn krn mrk terjun didunia entertainment yg membuat mrk dikenal org byk? seluruh dunia mengenal, bahkan. Lalu apakah kemudian tidak ditemukan "sesosok org ganteng" dibelantara jutaan Muslim yg ada? ooh..banyak dong.. kitanya aja yg g tau. Soalnya mereka memang kayaknya lbh memilih utk menjadi "artis" lokal--krn sifat tawadlu' mereka kali ya? :D--
Dalam artian, para org2 ganteng yg Muslim, g perlu kemudian harus saingan dgn para cowok2 ganteng dr non-Muslim dgn menjadi entertainer juga, dong?
Aaagghhh.. bingung euy. Aku masih belum ngerti juga knp mereka begitu menjerat erat dalam kenyataan dan mimpi. Tapi tiap kali mengingati org2 ganteng non-Muslim itu, tiap kali juga langsung mengiang ayat-Nya:

"Wa la'abdun mu'minun khoirun min musyrikin walau a'jabakum"(dan hamba sahaya laki2 yang beriman itu lebih baik daripada laki2 musyrik walaupun ia menarik hatimu. Al-baqoroh[2:221])
hiks... betapa pilunya hatiku.. :D


Yah, jadi ya gitu deh. Allah memang Keren dgn keMaha Tahuan-Nya. Kebayang nggak sih, betapa perhatiannya Allah pd kita dgn mengingatkan kita ttg akan banyaknya cowok2 non-Muslim yg begitu, ehm.. cakep. Makanya jauh2 hari IA telah memperingatkan. Udah sejak zaman baheula dulu, sejak JAUH2 HARI lho. Subhanallah, Maha SuciNya yg jauh dari Ketidaksempurnaan.
Dan ternyata, problem ttg "Keterpikatan pd non-Muslim" g hanya menyerang cewek doang lho. Aku yakin, 'beberapa' bahkan 'byk' cowok yg kesengsem ma cewek non-Muslim. Baik itu para entertainers ato juga sekedar cewek2 yg ktemu dijalan pas ngambilin sapu tangan tuh cewek yg jatuh ato tabrakan yg g disengaja --hihiihi..kayaknya aku kbanyakan nntn pilem deh--
Kembali akan terlihat betapa romantisnya Allah dgn segala perhatian yg diberikanNya pada ayat yg sama:

"Wa la-amatun mu'minatun khoirun min musyrikatin walau a'jabatkum"(dan hamba sahaya perempuan yang beriman itu lebih baik daripada perempuan musyrik walaupun ia menarik hatimu. Al-baqoroh[2:221])


"Hupppffhh.... gimana dong?? perasaan suka itu kan fitrah?"
"Yup, bener bgt.."
"So?"
"Tapi bukan berarti kefitrahan itu g bisa dikontrol kan?"


Hmmm, kita udah cukup gedhe dong utk mikir konsekuensi dan segala tetek-bengeknya klo kita emang bener2 ngejalin hubungan dgn non-Muslim--apalagi klo sampai memutuskan utk menikah-- tanpa mengesampingkan ayat 221 pd surat Al-baqoroh yg jelas2 menyebutkan secara beruntun dan jelas bgt ttg "keterpikatan pd non-Muslim".
Haaaah...
whatever, smua tu boleh aja dilakukan asal tau ilmunya aja. Ada "innamal a'maalu binniyat" dan sederet argument laen. Pokoknya asal tau sumber atas prinsip yg diambil, insyaallah semuanya baik2 saja. Allahu a'lam.
By the way-anyway-bus way, meski aku masih blom cukup pinter utk ngambil keputusan for problem solvingnya "Keterpikatan pd non-Muslim" tadi buat diri aku sendiri, aku lebih berhati2 dgn milih utk sekedar memendam rasa keterpikatanku pd cowok2 ganteng itu dalam hati aja. Ups..! sekarang udah pada tau semua ding ya klo aku secret admire-nya cowok2 ganteng yg ada di "10 list" diatas itu ;))
Selain itu, aku juga jadi addicted utk koleksi image mereka dr google, trus nyari gambar terganteng milik mereka dan memandanginya berlama2. Sambil bergumam, "Subhanallah, Maha Agung pencipta ciptaan ganteng ini.."
:D
Peace ye.



copied from blog-friendster of mine

Kamis, 13 Desember 2007

Kamu membuatku iri

Enak sekali menjadi dirimu. Memiliki banyak teman, ada sahabat yang memperhatikan, tersedia hati2 yang membelamu.
Indah sekali duniamu. Mimpimu menjadi nyata, harapmu tak sekedar asa, qalbumu menyimpan banyak ketulusan.
Bahagia sekali hidupmu. Allah mengingatkanmu dimana kau berada. Allah memberitahumu apa2 saja yang harus dan tak harus kau lakukan. Allah membuat orang-orang paham, melihat, mengerti, merasai keberadaan benteng dalam hatimu.
Dan itu bukan padaku.
Dan bahkan Allah mengajarimu cara bersyukur.
Allah sayang banget ya ama kamu!




Selasa, 11 Desember 2007

Pelestarian Makhluk Halus

Heheheh.. jadi ketawa-ketawa sendiri ngebaca tuh judul. Yap, critanya sih mo mengkisahkan tentang film horor yang kesekian kali aku tonton dan tlah aku tonton kesekian kalinya. Gimana nggak nonton berkali-kali? ni film beneran mencekam banget dengan kesunyian yang dia bikin. Tapi sebenernya sih ada alasan laen kenapa aku nontonnya berkali-kali dalam waktu yang nggak berselang lama. Yang pertama sih nonton bareng Yeyen. Tapi cuma disk satu yang isinya cuma sepertiga tu film. Tiga perempat bagian yang lain aku tonton sendirian dikamar karena Yeyen ternyata nggak berani nerusin nonton dan milih untuk minta anter pulang dan nggak jadi nginep dirumahku. Dan...begitulah. Aku ahirnya nganterin Yeyen pulang sedangkan Mbak Najah ma Mbak Lely ke Hayyu Asyir. Mbak Mita nggak terdeteksi berada dimana, dan yang ada dirumah cuma Mbak Jihan. Itu pun dia lagi tidur :D
Boong kalo aku ngaku nggak takut tiap nonton tuh film2 horor yang selama ni aku tonton. Tapi, gimana yha, ada perasaan tertantang dan rasa penasaran pada dunia mereka—makhluk kasatmata— yang memberiku banyak kekuatan untuk nguji andrenalinku. Heheheh..pokoknya suka :P Nah, diterusin ceritanya yha... So, malem itu aku nonton sendirian aja. Mbak Jihan tidur dikamar sebelah. Aku bener-bener sendirian!!! And know what? heheheh(nyengir dulu klo keinget gimana tingkah polahku pas nonton sendirian itu) jadi malu. Soalnya saat terjadi pertengkaran batin antara nerusin nonton atau nggak, aku ahirnya memutuskan untuk nonton meski harus sendirian aja. Dan demi keselamatan jantungku, aku nonton tuh film dari jarak yang lumayan jauh dari kompi. Yah, namanya juga penasaran ma lanjutan ceritanya, tp tetep dengan agak-agak takut gitu. Hwehehehh...
Yang seru dari film ni adalah disana kumpul banyak banget setan dan demit, ato lebih akrab di sebut sebagai bangsa 'kajiman' di film itu. Setting yang harus mengevakuasi penduduk satu kota bahkan Jakarta ini, bener-bener sukses menciptakan sebuah kesunyian yang 'wow'. Keadaan ternyata membuatku nonton film ini kedua kali. Kali ini aku ditawan oleh Mbak Jihan untuk jadi guider dia nonton film ini. "Aku sengaja nanya2 kekamu biar aku tahu adegan2 mana yang bikin jantungan. Biar jantungku siap-siap untuk kaget" begitu katanya saat film itu telah usai. Aku cuma senyum-senyum saja.
"O'o...ahirnya anak2 nonton film itu juga..." teriak Mbak Jihan padaku yang sedang mengambil air minum di dapur. Karena selama menonton film tadi, Mbak Jihan nggak mengizinkanku kemana-mana. Aku melongokkan kepala sambil meneguk gelas berisi air putih yang kubawa. Terlihat Mbak Najah dan Mbak Lely yang sudah duduk berjajar rapi didepan kompi. Keduanya sama-sama mengenakan rukuh lengkap. Mbak Lely terlihat ragu-ragu menutup matanya dengan sebagian rukuhnya. Sedangkan Mbak Najah melirik-lirik takut. "Hahahah..ceritanya mau mengantisipasi gangguan setan, jin dan makhluk halus ya. Kok pake rukuh gitu" candaku. Aku tau dong kalau mereka tu baru aja sholat ashar, makanya mereka belum mencopot rukuh yang mereka kenakan. Atau mungkin, mereka benar-benar tak ingin mencopot rukuh itu untuk perlindungan diri? heheehh..whatever...
Berdua, mereka menikmati film. Tampak saat Mbak Jihan yang sempat asyik bersama mereka ahirnya memilih keluar kamar dan mencari kegiatan lain daripada harus sport-jantung lagi, mereka tak melepaskan pandangan mereka untuk tak menatap kompi. Lhoo?? yah, nglirik-nglirik dikit laaah... :D Aku sih cuma berdiri didekat pintu saja. Memperhatikan dari jauh sambil meneguk habis minumanku. Mau gimana lagi? masak mau nonton lagi? baru saja aku selesai menemani Mbak Jihan kok. Aku hendak beranjak keluar kamar menyusul Mbak Jihan yang udah duluan, tadinya ingin meletakkan gelasku ketika tiba-tiba terdengar koor kompak, "O'o....... mau kemana? jangan kemana-kemanaaaaa..." teriak Mbak Najah ma Mbak Lely. Hohohoo... "Lha Mbak Jihan boleh kemana-mana kok aku nggak boleh?"godaku sambil pura-pura meninggalkan kamarku yang memang cukup besar jika hanya ditinggali dua cewek yang agak ketakutan plus penasaran dengan jalannya crita hantu yang sedang ditonton. Namun suara-suara itu menahan langkahku, "O'o...jangan kemana-mana...". Pilu rasanya hatiku mendengarnya, hwehehehhh(peace, Mbak2... aku pas pertama nonton yo wedi banget kok :P). Ahirnya, harus nonton yang ketiga kalinya. Puassss banget. Dan tau dong, yang ketiga ini karena nemenin Mbak Najah ma Mbak Lely nonton film yang sama dan itu berturut-turut setelah tadinya nemenin Mbak Jihan. Weleh2...
"Wah, kota mati kayak gitu kok masih ada manusia yang selamet ya." komentar Mbak Lely pas adegan dimana pemeran utama dan rombongannya menemukan sesosok misterius ditengah-tengah kota yang sama sekali sepi tanpa penghuni. Bukan tanpa alasan Mbak Lely bilang gitu. Karena setelah mengamati beberapa lama, sang gadis misterius yang tak dikenal itu terkapar pingsan dan salah satu pemeran utamanya membopong sang gadis ke dalam satu-satunya mobil mereka dan membawa serta bersama mereka. Yah, seperti apa yang paradigma berikan pada kita adalah bahwa yang namanya makhluk halus itu nggak bisa disentuh. Nah, kalau yang satu ini bisa sampe dibopong segala, artinya dia bukan lelembut. Begitu mungkin qorinah yang Mbak Lely dapatkan hingga berkomentar seperti barusan. Mendengar komentar Mbak Lely, aku yang udah pengalaman nonton film ini menjawab, "Kok yakin banget sih Mbak kalo itu tuh manusia?"
"Aaaaaaa..." reaksi keduanya, lag-lagi kompak.
"Eh..eh, liat deh. Habis ini bagus. Hantunya terekam di kamera lhoo" laporku. Mbak Najah langsung seratus persen memalingkan wajahnya dari kompi. Sedang Mbak Lely, serasa mendapat nafas baru saat mendengar HPnya berbunyi. Beralasan mengecheck kabar dari HPnya, dia beranjak dari depan kompi. "Mbak2, jangan lewatin yang satu ini. Kali ini bagus deh. Ntar rambutnya si Mieke ditowel-towel ma hantu tuh" ungkapku dilain waktu saat melihat Mbak Najah ma Mbak Lely masih ogah-ogahan nonton film itu, meski aku tau mereka pasti penasaran dengan jalannya cerita. "Ah, O'o ni. Dikit-dikit dibilang bagus. Perasaan tadi dah bilang klo kali ini bagus. Kok habis ini kamu bilang 'bagus' lagi?"gerutu Mbak Najah protes pada cerewetku. Aku cuma nyengir. "Yah, gimana dong. Lha wong emang film ini bagus je. Namanya juga suka" batinku.
Selain kekaguman pada desa yang jadi begitu senyap, akting para pemeran yang bisa dibilang beginner tuh nggak bisa diremehin. Gadis desa misterius yang diperankan partisipan di klip lagu milik Ungu "kekasih gelapku" itu punya mata yang bagus dan punya ekspresi2 yang yahut untuk menambah suasana jadi tambah mencekam dan bikin deg-degan. Apalagi Warno. Berprofesi sebagai driver, dia bisa pas banget jadi ice-breaker dan sekedar memberi jenak pada jantung para penonton film ini untuk berdetak normal. Atau sekedar memaksa penonton untuk sedikit tersenyum, sedikiiiiiit saja. Yah, anyway, setelah tamat nonton film horor ini, aku bisa bilang klo film horor ini yang lumayan bermutu dibanding yang laen. 12am?bangsal 13, Hantu, Suster Ngesot, serial Disini ada setan, "Disini ada setan" the movie, Tusuk Jelangkung? kebanyakan film-film itu cuma menebar teror aja. Tapi kali ini, nggak sekedar menampilkan hantu-hantu dan memberikan paradigma bahwa mereka lah makhluk-makhluk yang patut diwaspadai, ni film ngasih tau kita untuk menjaga kelestarian hutan dan 'kelestarian' makhluk halus. Lhoo?? untuk jawabannya, silahkan nonton sendiri film ini. Hihihii...(halah, ketawaku pun dah terkontaminasi gara2 nonton film ni sampe 3 kali).
Dan satu lagi yang bikin aku tambah greget, ni film bisa memunculkan komentar yang sama dari 3 kali penonton yang berbeda(aku, Mbak Jihan dan Mbak Najah-Mbak Lely). Jadi, tepat pas adegan Yudha dan Kanaya nemuin Fino, kameramen yang sempat dikabarkan hilang, kemudian kumpul bareng ma orang-orang yang ada(semuanya ada 6 orang saat itu). Sebagian mereka meminta untuk pulang ke Jakarta. Namun Yudha memutuskan untuk tinggal di desa tak berpenghuni itu demi mencari Manda, sang reporter yang tadinya dikabarkan hilang bersama Fino, namun hingga saat itu masih belum terdeteksi keberadaannya. Hampir semua dari kami berkomentar, "Yudha ngapain sih? uuugh.. udah deh, mereka cepetan balik aja ke Jakarta. Ngapain sih mereka disana?". Kayak gitu tuh, soalnya kami juga ngerasain suasana yang mencekam dan nggak enaaaak banget. Padahal adegan itu baru di-sepertiga dari film ini lho.
Tapi, meskipun dianggep sebagai penduduk rumah ini yang paling pemberani, ada satu hantu yang aku tu alergi banget menatap lekat kearah kompi klo hantu satu ini muncul :D
Berikut foto beliau :D




More than just a "Jelangkung". Kamu musti nonton. Harus!!! mekso pokoe :D

Minggu, 09 Desember 2007

Untuknya yang mengerti, Zufa

Apa kabar Fa? Sudah berapa banyak cerita yang terlewat olehmu? Buku dongeng itu mungkin merindukanku. Sudah lama aku tidak menceritakan dongengku kemudian menuliskannya disana. Aku berharap, suatu saat nanti tangan ini masih cukup kuat untuk memberikannya sendiri padamu. Eh, bagaimana kabar dia Fa? Bagaimana dengan kakak sepupuku? apa kabar mereka?
Mungkin kau berfikir bahwa aku tidak tahu banyak tentang mereka. Padahal, jika saja kau tau, angin selalu paham bagaimana memberiku kabar. Satu keramaian pada daun, pun dapat kupahami meski mereka hanya berbisik pada dedaunan yang lain.

Fa... masihkah merasaiku? Maaf jika saat ini melupakanmu. Semua bukan inginku, tapi entahlah. Apapun nanti, jika suatu saat kau menemukan duniamu, telah cukup bagiku untuk membawa pulang kisahku, kisah kita. Meski tak akan ada lagi seseorang yang bisa dengan tepat menebak bahwa aku baru saja menangis tanpa mata yang membengkak, tanpa hidung yang memerah. Meski aku tak akan menemukan lagi jaket biru yang menyelimutiku saat aku terbangun dari tidurku. Meski tak ada lagi yang mengerti tentang apa yang harus dilakukan saat aku menangis. Meski tak ada lagi yang akan mampu melihatku saat awan menyembunyikanku dibalik putihnya.
Mau cerita apa ya Fa? aku kadang sengaja mengarang sebuah cerita hanya agar bisa duduk bersamamu. Atau aku kadang kebingungan untuk mengurutkan cerita mana yang akan terlebih dulu aku ungkapkan. Sedangkan kau seringnya menjawab pendek, "Alah... aku udah tau Mbak" dengan mengarahkan pandanganmu lurus ke depan dan tanpa menoleh padaku. Bagaimana bisa? padahal aku baru saja akan menceritakannya. Dan kau hanya menyungging satu sisi bibirmu, menggerakkan ekor matamu, mengerjap kearahku yang merasa heran dengan ini dan kemudian kembali menatap pada objek tak jelas yang ada dihadapanmu sana, sebagai jawaban. Waktu kita hanya dipenuhi kebisuan yang berdesakan, karena kau selalu mencuri semua dongeng yang akan kuceritakan padamu dari mataku.
Kamu curang Fa! namun kau membuatku nyaman untuk menghabiskan waktu bersamamu dalam diam. Hanya memainkan ujung dedaunan dan tertanam dalam pot kecil disebelah kananku, disaat kau melingkarkan tangan pada lututmu yang kau dekap. Hanya melihat bintang, hanya sekedar mengomentari orang2 yang lewat, hanya menerawang. Peka kah kau Fa? Kita tidak pernah menatap wajah satu sama lain lebih dari 2 menit. Karena kita tidak butuh itu kan Fa? keberadaan satu diantara kita disamping satu yang lain adalah cukup.
Dan seandainya yang tampak oleh mataku nanti hanyalah pekat, detakan jantungku yang akan mengenali kehadiranmu disampingku.


Minggu, 02 Desember 2007

Tadi Sore

Sore tadi, nggak tau kenapa pengeeen banget kerumah Layyin
Sore tadi, nggak tau kenapa pengennya nyampe kerumah Layyin dengan jalan kaki
Sore tadi, tercapai juga cita2 untuk jalan kerumah Layyin jalan kaki(dari sabi' ke bawabah dua)
Sore tadi, jalan sambil ngedengerin kasetnya Samson
Sore tadi, ada alasan kuat kenapa aku masih saja mendengarkan lagu2 Samson
Sore tadi, hingga sore tadi aku benar-benar bersyukur karena kau telah membuang benda itu

Bintang

"Bintang kini bersinar. Cahayanya menembus hati siapa saja"
"Huh, mereka hanya mampu melihat bintang saat bintang itu bersinar saja"
"Memang. Bukankah bintang dapat dikenali saat ia memancarkan sinarnya?"
"Tapi, kemana mereka saat bintang itu belum bersinar? idak bisakah mengetahui keberadaan bintang saat ia belum bersinar?"
"Bagaimana mungkin melihat bintang. Jika ia tidak akan terlihat tanpa sinarnya?"
"Bukan melihat, tapi merasai. Hanya beberapa orang saja bukan? yang bisa merasai bintang saat sebelum ia bersinar seperti sekarang ini? Meski tertutupi pelangi, meski tersilau oleh bintang lain yang bersinar lebih pijar, hanya sedikit saja orang, yang bisa merasai keberadaan bintang..."



Njenguk Elok, 11, 30 2007