Minggu, 09 Desember 2007

Untuknya yang mengerti, Zufa

Apa kabar Fa? Sudah berapa banyak cerita yang terlewat olehmu? Buku dongeng itu mungkin merindukanku. Sudah lama aku tidak menceritakan dongengku kemudian menuliskannya disana. Aku berharap, suatu saat nanti tangan ini masih cukup kuat untuk memberikannya sendiri padamu. Eh, bagaimana kabar dia Fa? Bagaimana dengan kakak sepupuku? apa kabar mereka?
Mungkin kau berfikir bahwa aku tidak tahu banyak tentang mereka. Padahal, jika saja kau tau, angin selalu paham bagaimana memberiku kabar. Satu keramaian pada daun, pun dapat kupahami meski mereka hanya berbisik pada dedaunan yang lain.

Fa... masihkah merasaiku? Maaf jika saat ini melupakanmu. Semua bukan inginku, tapi entahlah. Apapun nanti, jika suatu saat kau menemukan duniamu, telah cukup bagiku untuk membawa pulang kisahku, kisah kita. Meski tak akan ada lagi seseorang yang bisa dengan tepat menebak bahwa aku baru saja menangis tanpa mata yang membengkak, tanpa hidung yang memerah. Meski aku tak akan menemukan lagi jaket biru yang menyelimutiku saat aku terbangun dari tidurku. Meski tak ada lagi yang mengerti tentang apa yang harus dilakukan saat aku menangis. Meski tak ada lagi yang akan mampu melihatku saat awan menyembunyikanku dibalik putihnya.
Mau cerita apa ya Fa? aku kadang sengaja mengarang sebuah cerita hanya agar bisa duduk bersamamu. Atau aku kadang kebingungan untuk mengurutkan cerita mana yang akan terlebih dulu aku ungkapkan. Sedangkan kau seringnya menjawab pendek, "Alah... aku udah tau Mbak" dengan mengarahkan pandanganmu lurus ke depan dan tanpa menoleh padaku. Bagaimana bisa? padahal aku baru saja akan menceritakannya. Dan kau hanya menyungging satu sisi bibirmu, menggerakkan ekor matamu, mengerjap kearahku yang merasa heran dengan ini dan kemudian kembali menatap pada objek tak jelas yang ada dihadapanmu sana, sebagai jawaban. Waktu kita hanya dipenuhi kebisuan yang berdesakan, karena kau selalu mencuri semua dongeng yang akan kuceritakan padamu dari mataku.
Kamu curang Fa! namun kau membuatku nyaman untuk menghabiskan waktu bersamamu dalam diam. Hanya memainkan ujung dedaunan dan tertanam dalam pot kecil disebelah kananku, disaat kau melingkarkan tangan pada lututmu yang kau dekap. Hanya melihat bintang, hanya sekedar mengomentari orang2 yang lewat, hanya menerawang. Peka kah kau Fa? Kita tidak pernah menatap wajah satu sama lain lebih dari 2 menit. Karena kita tidak butuh itu kan Fa? keberadaan satu diantara kita disamping satu yang lain adalah cukup.
Dan seandainya yang tampak oleh mataku nanti hanyalah pekat, detakan jantungku yang akan mengenali kehadiranmu disampingku.


Tidak ada komentar: