Rabu, 27 Februari 2008

Hal-hal Baru

***Semakin aku mencoba memahami, semakin aku paham bahwa aku tak paham***

Besok, aku punya tugas untuk presentasi ttg resensi buku al-itqon. Dan hingga saat ini I do nothing. Aku tahu, aku sedikit keterlaluan kali ini. Tapi aku tak mau terus berdiam dalam "keegoanku" karena Allah baru saja memberiku sesuatu yang baru. Ceritanya, sore tadi aku masih belum punya inspirasi dari mana memulai tulisan resensiku. Acara kajian tafsir besok terasa sedikit mengusikku kini setelah beberapa kali ganti jadwal. Tadinya acara ini harusnya dilaksanakan tanggal 21 tapi kebetulan bertepatan dengan hari pertama "english camp" ditempat lain yang mana aku terlibat didalamnya. Bersyukur karena kemudian aku dapat berita bahwa "kajian tafsir" diundur tgl 27 nanti. Tapi baru kemudian kusadarai bahwa hari itu merupakan hari terahir "english camp" dan mestinya aku ikut hadir diacara itu untuk farewell party. Tapi tampaknya aku harus memilih. Dan kuputuskan untuk memilih ikut kajian tafsir karena keberadaanku disana lebih penting dibanding kehadiranku untuk farewell party di "english camp" (semua ini CUMA menurutku lho.. ~_^) . Rencananya, tanggal 26 aku bermaksud memulai untuk membuat tulisan resensi buku. Tapi kemudian panitia kajian tafsir memberitahuku bahwa acaranya diundur tgl 28. Sedikit kelegaan menghampiri. Artinya hari ini aku bisa maksimal konsentrasi ke "english camp" dan mempersiapkan soal-soal ujian untuk farewell party sekaligus ujian terahir peserta "english camp" tgl 27 nanti. Tapi, guess what? ternyata tanggal 28 ada kumpul ma temen-temen "cangkruk-an"!!! pusing aku memberi alasan untuk besok. Padahal pas musyawarah ma temen-temen cangkruk-an kemarin aku menolak untuk "cangkruk-an" pada tgl 27 karena overlapping dengan acara kajian tafsir. Tapi sekarang? entah alasan apa yang besok akan kuberikan. Sedangkan dr panitia kajian begitu mendadak sekali menyusun semuanya. Dan aku disini? terhimpit oleh perencanaan-perencanaan, jadwal-jadwalku sendiri.
Dan saat aku sudah penat dengan semua bentuk "hiburan" yang kuciptakan sendiri untuk menghibur hatiku, tiba-tiba Allah mencipta sebentuk skenario dramaNya. Kebetulan, waktu itu ada teman yang memintaku menemaninya belanja disalah satu pasar suvenir di Mesir. Sebenarnya g ada yang spesial dengan pasar itu dan aku udah berkali-kali kesana. Tapi, daripada terus berkutat dengan penat yang nggak tau kapan selesainya, ku iya-kan saja tawarannya. Berharap hal itu akan membantu memanggil inspirasiku -nggak ada yang tahu darimana munculnya sebentuk inspirasi ^v^-
Benar saja, hari ini Allah memberitahuku hal-hal baru lewat temanku itu tadi. Aku mengunjungi tempat disalah satu pojok pasar suvenir tadi, yang aku yakin sangat sedikit sekali teman sesama Indonesia di Mesir sini yang pernah kesana. Atau mungkin belum pernah sama sekali. karena tempat itu tertutup toko-toko penjual korden, alih-alih berada ditempat yang nggak keliatan deh pokoknya :P -it's a secret. Aku g boleh bilang-bilang ke orang laen-. Pulangnya, kita naek taksi yang bisa diisi 8 orang!!! hihihii.. gitu deh, jadi taksi-taksi dimesir tuh emang lucu gitu. G heran, kadang kita sering nemuin taksi yang g mau nganter kemana tujuan kita meskipun itu sebenarnya jadi arah tujuan dia juga Seakan-akan mereka tuh nyupir semau mereka. Kalau lagi pengen ya nganterin penumpang, kalo lagi g pengen ya ditinggalin gitu aja tuh penumpang. Cape deeeeeeh... atau kadang satu taksi bisa mengangkut dua penumpang berbeda, selama kedua penumpang itu menuju arah yang sama. Tentunya Sisupir taksi itu berani ngangkut penumpang kedua setelah mendapat persetujuan penumpang pertama. Kira-kira seperti itulah prediksiku. Nah, husus disekitar pasar suvenir yang tak ceritain itu tadi, ada taksi (bentuk mobilnya tuh kayak sedan panjang gitu) yang bisa muat 8 penumpang sekaligus. Berhubung tuh pasar suvenir agak sedikit jauh dari jalan raya, biasanya taksi jenis ini tuh untuk transportasi jarak dekat doang. Cuma nganter penumpang sampe jalan raya aja, ato nganter ke zekitar-zekitar zitulah. Selama ini sih biasanya aku ada urusan didaerah yang agak jauh dari pasar suvenir itu. Jadi selama ini cuma liat doang ke taksi-taksi bermuatan 8 penumpang itu. Tapi sore tadi, karena persetujuanku untuk nganter temen, aku jadi bisa ngerasain naik tuh taksi deh!! ^v^
Aneh, dan sedikit lucu kalo dirasa-rasa. Masak naik yang namanya "taksi" tapi disitu ada banyak orang-orang asing yang satu taksi ma kita. And know what? ternyata tuh taksi ngelewatin jalur-jalur yang jarang dilewati mobil-mobil lain, ngelewatin kuburan!!! hihihii.. aneh, serem, seru, lucu. Belum berhenti sampai disitu skenario Allah, lewat temen yang nagjakin aku tadi, Allah ngasih tahu aku warung makan turki yang uuuuenak banget. Mana kunjungan pertama kesana aku ditraktir ma temen yang ngajakin aku tadi, lagi! huhuuuuuy.. seru, nyenengin, bikin fresh!
Dan untuk Allah yang udah bikin episode seru selama beberapa jam ini, aku nggak akan menyia-nyiakannya. Now, it's time for me to do my duty for tomorrow. Makasih Allah untuk kejutan dan semua hal-hal baru yang hamba dapat hari ini. Hanya Engkau yang selalu Tahu bagaimana membuatku kembali tersenyum, bagaimana membawa kembali bahagia agar muncul dari hati.

^v^

Kamis, 21 Februari 2008

Mungkin kau tak tahu

Sering, dalam tiap perjalanan yang kutempuh, aku ngerasa bosan dengan semua. Merasa terlelah dengan perjalanan. Meski perjalanan itu kadang aku sendiri yang memilih arahnya. Tapi disaat semua saraf mulai meredup untuk mampu merasai apa yang terjadi, Allah selalu menghadirkan nafas baru lewat siapa saja yang dipilihNya. Seperti saat ini, keinginan untuk menulis yang dahulu kobaran nyalanya mampu menerangi pemandangan hidup beberapa meter didepan sana, kini mulai meredup. Tapi disaat semua rasa ingin meninggalkanku dalam perjalanan ini, datang seseorang yang mengatakan bahwa ia suka sekali membaca tulisanku. Terlepas dari kebenaran atau hanya sebuah basa-basi atas apa yang dikatakannya, seseorang itu tidak pernah tau bahwa sedikit saja kalimat darinya mampu memanggil kembali semua rasa yang sempat hendak mengacuhkanku.


Dan kamu, kamu nggak akan pernah tau, kapan kamu menjadi inspirasi bagi orang lain.
Dan kamu, nggak akan pernah tau, bagaimana kata-kata yang baik yang keluar dari bibirmu memberi satu nyawa baru pada kehidupan seseorang.


^.^

Rasai ini...


Pagi ini aku terbangun dan tak mendapati cintaMu...


***

Iseng, tepat setelah terjaga dari tidurku pagi ini aku berdiri sejenak didepan cermin setinggi tubuhku yang terpasang ditengah kamar, didekat komputer. Kudapati wajah yang tersenyum disana. Alih-alih karena mimpi indah yang kudapat barusan, disamping karena kepalaku terasa ringan sekali. Meski aku tidak bisa berbohong saat menyelip gamang pada hatiku yang mencari cintaNya. Pagi ini, matahari lebih dulu menemuiNya, memenuhi kewajiban yang tertulis atasnya, dan bercengkrama lebih awal denganNya, mendahuluiku.

Saat sadarku telah benar-benar utuh setelah mengembara semalaman, aku kemudian teringat schedulu hari ini: ngurus perpanjangan visa-datang ke english camp-persiapan untuk acara besok-B'day greeting ke rumah Ana-nyuci baju-ngetik materi untuk acara siang ini. Nggak mungkin bagiku melakukan semuanya saat ini juga, karna ada beberapa kegiatan yg waktunya bersamaan. dan aku harus memilih. Ah... aku paling benci disuruh memilih. Kalau boleh, aku nggak akan pernah memilih saja. Ups, bukanlah "tidak memilih" juga merupakan sebuah pilihan? artinya, "Aku memilih untuk tidak memilih" ...entahlah...

Yah, toh ahirnya aku memilih juga. Aku memilih untuk tidak melakukan hal pertama, mengurus visa, dan menggantinya dengan melakukan hal terahir, megetik materi untuk acara siang nanti kemudian membawanya dan mempresentasikannya dengan pertimbangan: aku masih memiliki cukup waktu untuk menunda perpanjangan visaku -meski aku tau sekali, tak baik menunda pekerjaan. Ini kenapa aku nggak suka memilih-

Aku membuka komputerku dan mulai mengetik. Aku sedang tidak menyukai sunyi, makanya aku nyalakan winamp dan memilih deretan lagu dari file "compilasi english song" dan tiba-tiba aku teringat pada satu lagu lawas yang beberapa hari yang lalu liriknya sempat ditulis oleh salah satu teman di YM-listku sebagai status. Penggalan lirik itu .:: I knew that I loved again, after a long long while, I loved again::. seketika bisa kutemukan judul lagu itu -entah muncul dari bagian otakku sebelah mana- tapi aku sama sekali tidak mengingat nama singernya karena memang dulu kupikir tak penting mengingat nama singer, tapi kemudian aku tahu kalau aku salah. Karena saat aku mengetik judul "beutiful girl" kedalam kotak pada page youtube-ku, aku tak menemukan lagu yang kumaksud. Sedihku membawaku pada bertambahnya kerinduan pada lagu lawas itu yang sampai beberapa hari kemudian tak kutemukan. Dan pagi ini, tiba-tiba aku teringat lagi pada lagu itu.

Masih dengan tidak melepaskan key CTRL pada keyboard dan memilih lagu yang kusukai, mbak Mita tiba-tiba masuk ke kamarku, berpamitan untuk pergi. Didorong kerinduan yang muncul lagi atas lagu lawas tadi, aku kemudian menanyakannya pada mbak Mita perihal lagu itu. dan aku harus kecewa, karena, pun mbak Mita ternyata hanya mengenali lagu itu, dan bukan penyanyinya. Nothing I can do, kemudian aku meneruskan memilih-milih lagu yang kukenali dari sekian banyak deretan lagu pada fileku dengan perasaan kecewa. Dan tugas-tugas hari ini rasanya kini berubah menjadi beban bagiku, ditambah kerinduanku pada "beautiful girl"ku, hingga aku sampai pada huruf "J" dideretan lagu-lagu tadi, aku mengambil lagu Josh Groban. Tak sengaja, aku melihat tulisan "Jose Mari Chan_Beatiful Girl" berada beberapa jarak dari lagu Josh Groban yang baru saja ku-klik. Reflek, Aku juga mengambil lagu Jose Mari Chan. Dan saat lagu itu terlantun... Waaaaaaaaaaaaaaa... ^o^ it was the song that I searched for. Dan Allah begitu baiknya dengan kejutan dariNya pagi ini ^_^

Hah...rasanya kepalaku kembali ringan :D

dan semua tugas yang beberapa saat sempat terasa menjadi "beban", kini sudah tidak lagi memberatkan hatiku. See, bagaimana Allah mengubah semuanya? Bagaimana DIA "memberi" sebelum bibirku berucap pinta. Bahkan, sebelum otakku memeberi perintah pada bibirku untuk "meminta", Allah sudah terlebih dahulu mengabulkannya.

Allah baik banget g seeeeeeeeeeeh...


Da story dis morning just remind me about the thing that happened many days ago, when was in my celebrate birhtday. At that day, aku musti ngeberesin berkasku di KBRI kemudian pergi ke Majlis A'la untuk mengurus permohonan beasiswa. Aku nggak nyangka, kalau pas hari ulang tahunku yang tadinya kurencanakan untuk menikmatinya sehari penuh dan nggak kemana-mana, malah sekarang harus -mungkin- seharian mengurus pengajuan beasiswaku dan pergi kemana-mana. Tapi aku pikir, aku hanya nggak tahu apa yang jadi hikmah dibalik semua ini. So, aku anggap aja ini kado dariNya, memitaNya menjadikan hari ini sebagai hari keberuntunganku dan aku memintaNya memberi satu kado lagi, dengan memberiku beasiswa. -terlalu tamakkah aku?-

Dalam perjalanan menuju KBRI yang sebenarnya hanya tertempuh dengan 15 menit naik mobil, aku rasakan kepalaku pusing memandang pepohonan yng berlarian diluar sana. Mungkin ini karena aku tidak tidur semalaman setelah rasa bahagia yang luber saat teman-temanku datang kerumahku tepat jam 12.00 malam dan memberiku kejutan ulang tahun hingga membuatku tak bisa memjamkan mata. Paginya, baru sempat tertidur satu jam setengah, mbak Lely membangunkanku dengan enggan -mbak Lely tahu kalau aku baru saja sejenak bisa tidur- memberitahuku bahwa ada beberapa teman yang menunggu diluar sana. Aku melirik jam tangan yang melingkar ditangan kiriku, 6.10.

"Bertamu sepagi ini?" pikirku. Tapi aku nggak boleh egois dengan membiarkan tamuku menunggu diluar sana dalam cuaca sedingin ini. Bukankah mereka nggak tahu kalo aku semalem belum tidur? ahirnya, meksi baru saja bangun tidur, aku pun langsung menemui mereka yang ternyata menolak tawaran mbak Lely untuk duduk dan menungguku didalam. Dan niatanku untuk menghargai tamu-tamuku dibalas sebentuk bahagia dariNya. Ternyata, mereka yang datang adalah mereka yang baik hati, karena telah meluangkan waktunya sekedar untuk berucap "happy birthday" dengan masing-masing dua kumtum mawar -merah dan putih- yang mereka berikan sebagai kado, dan bela-belain pergi kerumahku sepagi ini. Sedangkan sedikit yakin, aku bisa bilang, kalau hari-hari biasanya mungkin mereka akan memilih untuk dirumah saja dalam cuaca musim dingin yang sedingin ini. Dan keberadan mereka yang beberapa waktu terahir menjadi partnerku diKSW(Kelompok Studi Walisongo -satu keorganisasian kekeluargaan-) kali ini memberi bahagia tersendiri. Aku yakin, kedatangan Ipul, Iqbal dan Anwar kali ini adalah murni sebentuk peduli dari seorang teman. Teman, yang selalu ingin melihat temannya tersenyum. Teman, yang selalu ingin memenuhi hati temannya dengan bahagia.

Penat yang memukul-mukul kepalaku membuyarkan kenangan bahagiaku barusan

"Ke KBRI saja rasanya sudah selemas ini. Bagaimana ke Majlis A'la nanti?" pikirku. Terbayang jauhnya perjalanan yang harus kutempuh setelah ini. Harus naik angkot ke halte kereta ekspres, kemudian naik kereta itu sampai beberapa halte berikutnya dan masih lagi harus berjalan kaki beberapa jarak. Huuppfhh.. Tapi waktu itu aku tetap meminta agar hari itu menjadi hari keberuntunganku atas semua usahaku kali itu. Namun aku harus kecewa dihari bahagiaku, menganggap Allah tak mendengar doaku saat kulihat kertas yang menempel digerbang pintu konsuler KBRI : "LIBUR, memperingati tahun baru imlek. Akan kembali buka Ahad, 10 febuari 2008". Hanya helaan nafas yang menemaniku. "Bodoh sekali. Sampai tahun baru imlek saja kamu nggak tahu," rutukku pada diriku sendiri. "Tapi aku kan bukan orang Tionghoa, atau Cina, atau siapalah mereka yang bermata sipit. Kenapa aku harus mengingat-ingat tahun baru mereka?" bela satu suara lain dalam hatiku. Nothing that I can do -lagi- membuatku bergumam, laa haula wa laa quwwata illa billah... (Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah)

Aku pulang ke rumah dengan perasaan setengah-setengah. Setengah kecewa, karena -masih saja berpendapat- bahwa Allah tak mau mengabulkan doaku, dan setangahnya lagi, perasaan bahagia tiap kali mengingati kenangan pada malam ulang tahunku dan pagi waktu itu. Tapi tampaknya, perasaan kecewaku sedikit mendominasi. Hingga ahirnya aku sampai kerumah dan membaringkan tubuhku yang masih juga merasai penat, aku menyalakan komputer, membuka YM sekedar ingin mengetahui siapa saja yang online, sambil noton film. Beberapa jenak berbaring, penat dikepalaku mulai hilang, Alhamdulillah. Namun yang sedikit membuatku aneh, kenapa kantuk tak juga menyapaku. Tapi kemudian aku menemukan jawabannya: mungkin karena sesaat kemudian kulihat seorang teman terlihat online dan kemudian aku ngobrol dengannya dan beberapa teman lain. Dan obrolan-obrolan itu membuatku nyaman, tentunya juga karna saat itu aku sembunyi dibalik selimutku. Yang terjentik kemudian adalah aku baru menyadari bahwa pinta yang kupanjatkan hari ini mungkin sebuah kesalahan. Mestinya aku cukup menengadah dan berkata, "Allah, mohon berikan yang terbaik", untuk apa yang akan terjadi hari ini. Buktinya, saat ini, aku disini, berbincang dengan teman-temanku, dan aku nyaman -plus bahagia- dengan semua ini. Ah, seandainya Allah mengabulkan doa yang kuminta tadi, mungkin kali ini aku masih berada diperjalanan menuju Majlis A'la dan sudah setengah pingsan diluar sana. Allah emang keren, selalu tahu apa yang terbiak untuk hambaNya, pengertian dengan semua perhatianNya, memberi sebelum diminta. Luv U Allah...

***


Aku seakan tak lagi mengenali cintamu, tapi biarkan aku untuk tak terlelah mencari...

Sabtu, 16 Februari 2008

Cape deeeeeeeeeeeh

Yap, cape, cape, cape, cape, cape deeeeeeeeeeh........
tapi g pa2, alhamdulillah aku bisa menikmati semuanya. Semua anugerah yang diberi dariNya, atas nafas, detakan jantung, teman2 yang selalu ada, musuh2 yang mewarnai duniaku, Allah makaciiiiiiiiiiiiiih...
Jadi, ceritanya besok tuh masih ada acara sehari penuh yang menunggu. Tapi berhubung aku lagi cape, makanya aku OL. Banyak orang yang memandang aneh kebiasaanku ini. Tapi bagiku, obat penghilang penat ya salah satunya dengan OL. Kenapa? karena saat ketemu temen, adek, sahabat kemudian berbincang dengan mereka akan memberi nafas baru atas lelahku :)
Nah, klo dah puas ngobrolnya, baru deh bs tidur nyenyak.
Sebenernya malam ini musti istirahat cukup karena besok ada acara sehari penuh (I think I've told before), trus tgl 21 nanti ada tugas bikin makalah ttg al-itqon buat acara kajian Fatayat PCI-NU Mesir. Wekz, ternyata lagunya Opick yg disunting dr pepatah kuno berjudul "tombo ati" yg membahas bab "berkumpul dgn org2 sholih" itu nggak sekedar nyanyian atau sebuah kalimat doang. Buktinya aku saat ini, aku tuh bukan orang pinter, tp berhubung aku bersosialisasi ma mbak2 fatayat dsini yang keren2, aku jadi ikut kebawa jadi pinter(dikit:P). Meski g instant bisa langsung se-keren mbak2 laen, tentunya. Karena semua tuh butuh proses, step by step lah... Yah, kayak tugas yg dikasiin ke aku buat mengupas kitab al-itqon untuk pertemuan 21 Feb mendatang, semoga bisa jadi ilmu yang bermanfaat. Coba bayangin klo aku g ikut kumpul2 mbak2 fatayat? apa aku bakal ngebuka kitab al-itqon setebel itu? jangankan ngebuka, mungkin nyentuh or sekedar liat daftar isinya aja nggak. hehehheehhh...
Yosh, ganbatee!!! tgl 21-27 ntar akan ada english camp juga, and I supposed to attend that camp. Semoga semua ini g membelokkanku dari tujuan utamaku lah. Serem juga ngebayangin kalo aku terlalu peduli dengan hal2 "ekstra kulikuler", sedangkan yang jadi kebutuhan premier malah dilupakan.

Kamis, 07 Februari 2008

Konspirasi tahunan

Tut...tut...
Nada sambung diseberang sana berulang kali berbunyi bersamaan pengulangan yang kulakukan, men-dialed nomor yang sama berkali-kali.
"Kenapa nggak diangkat?" tanya hatiku.
"Seandainya aku bisa ketempatnya saat ini juga," hanya jika saja aku mungkin melakukannya. Sayangnya, saat ini pun semua hanya terhenti pada sebuah pengandaian, seperti hari-hari yang lalu.
"Bodoh, ini karena salahmu. Tidak pernah lagi main kerumahnya. Bahkan menanyakan kabar saja nggak," suara hatiku berbicara lagi. Pusing aku. Rasanya benar-benar ingin ke rumahnya saja saat ini. Tapi urusanku untuk lapor pendidikan di KBRI-Mesir belum selesai. Mana berkas-berkas yang kubawa kurang, lagi. Kutatap lama jam tanganku, mencoba mengkalkulasi waktu dan mensiasatinya.
"Yep, kembali ke rumah, melengkapi berkas-berkas, kembali menuju KBRI-Mesir dan makan." perutku memang sedari tadi kelaparan. Namun tak tenang rasanya harus makan dulu, sedangkan mulutku tak bisa menikmatinya gara-gara memikirkan urusan-urusan yang tak kunjung selesai. Kelegaan yang memenuhi rongga dada mendorong mulutku berucap terimakasih untukNya, alhamdulillah... ahirnya selesai juga. Hup, aku sedikit melompat dari dalam angkutan, berharap cepat sampai rumah dan menikmati makan siangku.
"Gimana O' urusannya? lancar?" tanya mbak Najah menyambutku
"Alhamdulillah mbak, lancar. Lapor pendidikannya langsung jadi hari ini kok. Jadi besok bisa ngasih berkas-berkas untuk mengajukan permintaan beasiswa itu," bahagiaku membuatku bertutur panjang lebar pada pertanyaan mbak Najah yang seharusnya cukup kujawab dengan kalimat pertama. Adzan ashar terdengar datar terlantun dari masjid sebelah saat aku menyuapkan sendokan terahir makan siangku. Rasa capai mulai menjalari kaki dan punggungku. Keinginanku untuk menemui teman-temanku tertindih egoku. Akupun tak bisa lagi menahan kantuk dan begitu saja berucap, "I think I need a rest". Menyisa sesal saat terbangun, mendapati bahwa aku serasa tak melakukan apa-apa --tak juga mendapati dirinya mengangkat telephon dariku saat aku mencoba menghubungi lagi HPnya-- dan berharap keajaiban terjadi atas kedatangannya malam ini dirumahku untuk reuni bersama komunitas kecil yang aku, dia dan 3 temanku yang lain bangun musim panas lalu. Namun sesal harus kembali muncul dan segala jenis rutukan terucap hatiku, ya untukku. Hingga waktu membawaku pada pertengahan acara reuni yang menyenangkan itu, tetap saja tersisip kehampaan atas ketidak-datangannya. Aku kembali mengulangi hal yang sama, memencet nomor yang sama pada keypad HPku. Tak ada jawaban. Pun tak ada jawaban saat Dipo, teman yang menghadiri reuni sederhana itu melakukan hal yang sama denganku. Aaggh... aku tak pernah merasa segundah ini sebelumnya.
"Ini semua salahmu!" tudingku pada hidungku sendiri. Jam tanganku mengeluarkan bunyi "Tit" pelan, melakukan kebiasaannya sebagai mesin untuk mengingatkan Sang pemakai bahwa waktu kini telah berganti jam. Dan saat kulirik pergelangan tanganku, dan kulihat jarum jam mengoceh jengkel padaku yang sedari tadi tak menghiraukannya yang memberitahuku bahwa sore telah meninggalkanku bersama 3 teman yang mengelilingi. Dan rasa sesalku yang masih belum bosan menggelayut dihatiku. Sekitar pukul 22.00 reuni kecil-kecilan itu pun berahir. Aku beranjak membereskan kenangan yang barusan terukir. Telah teralihkan oleh kegiatan lain, egoku merubuhi sebentuk keresahan atas seseorang yang tak memberiku alasan kenapa ia tak mengangkat telephon dariku. Menggoreskan dalam, sebentuk penyesalan, kebencian pada diriku sendiri. Aku jadi mempertanyakan, kenapa ego kadang begitu egois. Aku menguap beberapa kali dan hendak berbaring tidur saat melirik pojok kanan komputer dan mendapati saat ini pukul 23.40, namun urung saat teringat bahwa aku belum sholat isya'. Hatiku tak tenang dan mulai menebak-nebak apa yang akan terjadi malam ini, atau esok, bertepatan dengan ulang tahunku. Ada apa dengan dirinya? masih tak terjawab tanyaku sampai tadi Dipo menyodorkan HPnya dan menunjukiku sebuah SMS. Membacanya, kemudian menekan navigator ke arah bawah dan aku tersenyum kecil saat membaca who the sender is. "Gotcha!" seruku memahami trik yang kini terbaca. Trik yang dilakukan setahun sekali, trik untuk orang-orang yang ulang-tahun, aku. Namun dengan ketidak beradaannya saat ini, tetap saja membuatku penasaran apa yang akan dilakukannya nanti. Tok..tok...tok... rasa kagetku membuatku reflek menoleh kearah jam dinding kamarku.
"Jam 12 malam. Ada tamu jam segini?" otakku menalar cepat memprediksi siapa orang dibalik pintu sana. Ketukan pintu kembali terdengar dan aku baru tersadar bahwa yang seharusnya membukakan pintu adalah aku sendiri, satu-satunya orang yang berada pada jarak terdekat dengan pintu utama.
"Siapa ya?" raguku bertanya pada suara ketukan itu. Hanya terdiam, sepi menjadi jawaban.
"Siapa?" ulangku
"Aku.." jawaban pendek itu mempersulitku memprediksi siapa pemilik suara itu. Tapi yang pasti itu adalah suara seorang perempuan.
"Siapa perempuan ini? mau apa dia malam-malam begini? kira-kira dia mencari siapa ya? mencariku? hendak bertemu mbak Lely, atau temannya mbak Najah? jangan-jangan nyari mbak Mita" sekian tanya yang selayak kelebatan cahaya mampir ke otakku namun tak kemudian memperlambat lakuku membukakan pintu, menyangka bahwa seorang perempuan dibalik pintu sana adalah seorang teman yang dalam kesulitan hingga menyeretnya untuk sekedar mengetuk pintu pada malam selarut ini. Kecemasan terjawab, pertanyaan terenyahkan, kebahagiaan menyambut dan sebuah dekap menyelimuti ketika ternyata ahirnya aku mengetahui bahwa ternyata yang datang adalah Ukhti Zulfa, kemudian aku juga melihat Layyin yang melewatiku begitu saja, Ana, ah... suasana tiba-tiba jadi sedikit riuh dengan kedatangan mereka. Dan terlengkapi saat aku melihatnya, dengan gaya has-nya, tertunduk didepanku, orang yang sedari tadi tak pernah mengangkat telephonku, Elok. Aku masih berdiri didekat pintu dan melongok keluar rumah takut masih ada yang ketinggalan dari rombongan mereka saat beberapa detik sebelum memasuki rumahku, Elok sempat memandang kearah tangga disamping flatku. Benar saja, sesosok yang lama sekali tak ku jumpai menjunjung sebuah kue tart dengan lilin diatasnya dan berjalan turun dari tangga sambil menyayi pelan, "Happy birthday to you..", "Happy birth day to you..." beberapa suara menyambung menirukan lagu yang sama terdengar dari dalam rumahku.
"Ya Allah... Hanif," kataku terkejut disela ramai nyanyian mereka kemudian mendekap Hanif. Dan saat aku belum sepenuhnya menguasai rasa dalam hatiku, malam jadi semakin gaduh karena kini aku jadi "mangkok adonan kue". Telur, pasir dan gula berurutan mengguyur kepala dan melumuri tubuhku."Yee.... selamat ulang tahuuun" aku harus segera menutup pintu rumah takut mengganggu tetangga depan flatku. Aku membalik badan saat telah sempurna menutup pintu rumahku dan kudapati teman-temanku menjunjung kue tart cantik yang mereka bawa. Sebentar, ada yang muncul dr balik tirai ruang tengahku. Ternyata Mbak Lely dan Mbak Najah juga membawakanku roti dengan lilin-lilin kecil diatasnya.
"Yummy... baru kali ini aku mendapatkan dua kue ulang tahun. Kalau biasanya hanya satu kue saja, atau sama sekali nggak ada kue. Kebetulan, bertepatan dengan umur dua puluhku. Ah... aku kadang menghubung-hubungkan sesuatu semauku," girangku sambil menghampiri tempat mereka berdiri sekarang dengan badan bau amis telur, tentunya.
"Make a wish..." seru mereka berebut.
"Allah, untuk orang-orang yang menyayangiku, sayangi mereka melebihi rasa sayang yang mereka berikan untukku," ucapku sambil menyapukan pandanganku pada mata tulus wanita-wanita berhati bidadari didepanku.
"Allah, terimakasih untuk semua skenario ini," ungkap batinku saat aku memejamkan mataku dan meniup lilin-lilinku.
"Potong kuenya dong. Kita nunggu jam 12 tuh lama banget tau..." rujuk salah satu mereka
"Iya, kita udah laper ni," sambung yang lain, lucu. Itulah mereka, yang selalu cantik dengan cara mereka sendiri. Menuturkan perasaan dalam hati, melalui jalan yang jarang ditempuh orang lain. Aku tak habis pikir, bagaimana Allah begitu baik menghadirkan orang-orang baik hati disekitarku sedangkan aku masih saja tersering mengacuhkanNya, mengingkari kebaikan hatiNya, menghianatiNya. Dia yang Maha misterius dengan semua rencana yang dibuatNya. Haaah... yang pasti aku malam ini bahagiaaa sekali.






Semua orang sudah terlelap dibalik hangat selimut mereka. Namun tidak denganku. Bahagia membuncah yang terluap dari hatiku membuatku tak bisa tertidur. Bagaimana tidak? skenarioNya dilakonkan apik oleh mbak Najah, mbak Lely, Elok, Ukhti Zulfa, Layyin, Hanif dan Ana pada ulang tahun-ku ke 20 kali ini. Usia 20 yang dulu ku nanti dan beberapa hari lalu sempat membuatku ngeri, kini tak lagi membebani hatiku. Saat mereka yang ada bersamaku, aku nggak yakin apakah aku butuh lebih dari semua ini...