Selasa, 09 Juni 2009

Empek-empek

Suara gemerincing kunci-kunci yang saling berbenturan, mengisyaratkan siapa yang datang
"Kak Alin...", sapaku begitu segurat wajah muncul setelah pintu terbuka. Benar dugaanku. Cuma kak Alin yang punya kunci segitu banyaknya, entah kunci apa saja, yang digabung pada satu gantungan kunci. Dia menjawabku dengan senyuman khas miliknya. Sebuah senyuman tulus. Ia tampak sedikit repot mengatur kantong belanja yg memenuhi genggamannya saat hendak melepas sepatunya. Aku berdiri membantunya membawakan kantong-kantong itu masuk kedalam rumah. Kebetulan aku sendirian diruang tengah. Yang lain sedang bertapa didalam kamarnya masing-masing. Entah melakukan apa saja.
"Abis belanja ya kak"
"Iya tuh. Tadi, mampir ke supermarket bentar. Aku jg tadi abis mampir restoran Indo, trus beli empek-empek buat kalian". Ceritanya.
Fitri tampak keluar dari kamarnya. Hanya menoleh sebentar kemudian berlalu begitu saja. Dia buru-buru ke kamar mandi, tampaknya. Kak Alin menyandarkan punggungnya diatas kursi ruang tengah, lelah. Aku kembali pada kesibukanku tadi, nonton TV.
"Lho Rin, dibuka lho empek-empeknya. Itu kan buat kalian". Aku nyengir gak ihlas. Karna sebenarnya aku gak begitu doyan empek-empek. Bukan apa-apa, tapi mungkin karna aku tidak benar-benar pernah mencoba merasakan makanan itu.
Kak Alin menawarkan kembali untuk menyantap empek-empek yang sengaja dibawanya untuk kami. "Tolong dong, klo gak keberatan, panggil juga Fitri dan teh Jaja ya". Begitulah kak Alin, tutur bahasanya halus sekali. Aku suka.
Akupun beranjak memanggil semua anggota flat kami untuk makan empek-empek bareng. Empek-empek ditaruh pada mangkok besar. Lalu kuahnya dituangkan diatasnya. Sendokpun sudah pada mangkok masing-masing kami.
"Hwaaa.. Empek-empek...", ucap teh Jaja, lebih pada kalimat, "selamat makan...", begitu kira-kira. Kulihat semua orang, kecuali aku, langsung menyendok secuil empek-empek lalu menambahkan kuahnya dalam satu suapan. Aku yang tak pernah benar-benar disuguhi empek-empekpun sudah mulai tergoda dengan bau khas dari kuahnya. Membuat selera makanku langsung bergeliat muncul. Aku melakukan hal yang sama seperti yang lain. Dan saat indra perasaku bekerja mencicipi rasanya.. wuiiihh aku langsung bertekad, "kapan-kapan aku harus beli empek-empek lagi sendiri", padahal yang didepanku saja belum lagi habis. Manusia serakah sepertiku ini masih saja ada ya. Aku menggeleng-geleng sendiri dalam diamku sambil menikmati empek-empek itu.
"Waaah.. kak Alin gi dapat rizqi banyak yha", sekarang Fitri yang urun suara.
"Nggak banyak kok. Tapi, cukuplah untuk beliin kalian ini", jawab kak Alin sambil menunjuk semangkok empek-empek didepannya dengan dagunya. Teh Jaja menelan isi didalam mulutnya hendak ikut bersuara,
"Lha kalo bisa ngebeliin kita empek-empek gini ya lumayan lah rizqinya. Sering-sering aja Lin, heheheh..", gurauan teh Jaja disambut gelak yang lain.
Kak Alin mengusap bibirnya dengan tissue, kemudian menjawab,
"Alhamdulillah, Teh. Teteh inget g? Beberapa minggu yang lalu Alin dapet job gedhe. Honornya aja 10kali lipat dari yang Alin dapat sekarang ini. Tapi ya gitu deh, gak tau gimana, duitnya udah abissss aja. Nah sekarang Alin dimintain tolong kecil-kecilan. Gak taunya dapet bonus nih". kak Alin nyengir.
Ia meletakkan mangkoknya yang menyisa sedikit kuah didalamnya. Sedang empek-empek dan mie yang jadi campurannya, habis tak tersisa.
"Ternyata duit banyak itu gak menjamin kebahagiaan yha", kata kak Alin tiba-tiba. "Buktinya, sore ini aku bener-bener ngerasa legaaa banget bisa nraktir kalian, meski cuma empek-empek. Tapi pokoknya seneng. Karena aku bisa berbagi kebahagiaan yang kurasakan, pada orang lain. Sedangkan dulu pas duitku banyak, aku gak bisa beli apa-apa buat kalian. Bahkan rasanya, kebutuhanku sendiri belum sepenuhnya bisa terpenuhi dengan uang sebabyak itu". Ia menaikkan kedua bahunya, tak mengerti. Lalu disambut senyum "mengerti" dari Fitri dan teh Jaja. Sedang aku sendiri cuma manggut-manggut dan menyuapkan satu sendok terahir empek-empekku.
"Kayaknya beli empek-empeknya kapan-kapan aja deh. Satu ini aja udah kenyang banget", gumamku, kemudian membaca hamdalah memungkasi acara makanku.

Tidak ada komentar: